Rabu, 14 Juli 2010

JEMMA REDGRAVE: Mengobati Kedukaan dengan Berkarya Nyata


Jemma Redgrave mengalami banyak kedukaan dalam hidupnya.Namun, dia cepat bangkit serta berkarya dalam dunia perfilman Inggris.

JEMMA mendapat serangkaian ujian berat dalam setahun terakhir Dia harus kehilangan tiga orang yang terbilang dekat dengan dirinya. Maret 2009 sepupunya, Natasha Richardson, meninggal dunia. Richardson, yang berusia dua tahun lebih tua dari Jemma,meninggal setelah mengalami pendarahan otak.

"Dia adalah sepupu yang menyenangkan," kenang Jemma tentang Richardson. Terpaut usia yang tidak terlalu lebar membuat Jemma dan Richardson karib.Mereka kerap berpetualang berdua.Jemma mengenang Richardson sebagai sosok yang sabar. Jemma nyaris selalu bercerita pada Richardson tentang apa saja,mulai dari keluarga hingga pekerjaan.Ketika Richardson meninggal dunia, Jemma menangis berhari-hari. Dia merasa kehilangan seseorang yang lebih dari sekadar sepupu. Bagi Jemma,Richardson adalah sahabat terbaik.April lalu Jemma kembali kehilangan orang terdekatnya. Corin Redgrave, ayahnya, meninggal dunia akibat kanker prostat. Mendengar berita ini, tubuh Jemma seperti baru dihantam air bah.

"Rangkaian kehilangan ini layaknya tsunami,"paparnya. Jemma sedih karena merasa belum bisa membahagiakan ayahnya. "Dia (Redgrave) adalah bintang utara saya. Penunjuk jalan saya," papar Jemma tentang sang ayah. Redgrave didiagnosis terserang kanker prostat pada 2000.Sejak itu Jemma semakin rajin mengunjungi Redgrave."Saya ingin membalas semua kebaikan ayah.Tapi, ayah akhirnya pergi sebelum saya sempat 'melunasi semua utang'," kata istri dari Tim Owen itu. Sebulan kemudian Jemma kembali diterjang kesedihan.Bibinya, Lynn,meninggal dunia akibat kanker.

Rasanya belum habis air mata Jemma pascakematian ayahnya, dia mesti menerima kenyataan baru.Lynn,bibi yang pernah memanjakan dirinya semasa kecil, akhirnya menyusul Redgrave.Kekuatan Jemma bagai runtuh seketika" Serangkaian kehilangan ini benar-benar melumpuhkan kekuatan saya," ungkap ibu dari Gabriel dan Alfie ini. Namun,Jemma tidak mau sakit berlama-lama. Dia memang masih berduka, tetapi ingat juga bahwa hidup terus berlanjut. Akhirnya Jemma yang tumbuh dalam keluarga seniman memutuskan bangkit. Dia ingin mengenang serta menghargai ketiga orang dekatnya lewat karya yang membanggakan.

Jemma pun kembali ke panggung film layar lebar serta televisi. Hari-hari awal "pulang"ke industri film ternyata Jemma belum bisa fokus benar. Berkali-kali dia teringat tiga orang yang pernah menceriakan hidupnya."Saya menangis dan menangis terus setiap kali teringat mereka," tutur pelakon dalam film Mansfield Parkdan Lassieini. Perempuan yang lahir di London 45 tahun lalu ini sadar ternyata dia belum sepenuhnya merelakan kepergian ketiga orang dekatnya. Bagi Jemma, mereka adalah guru yang baik. Bersama ayah, sepupu, dan bibi yang sudah tiada, Jemma berkarya lewat akting.Mereka kerap bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan tentang film.

Dialog demi dialog masih terngiang dalam pikiran Jemma."Saya tidak tahu, tapi rasanya mereka masih di sini, bersama saya,"papar perempuan berambut pendek ini. Kalau kehilangan itu diumpamakan Jemma sebagai tsunami, dia punya cara "evakuasi"yang cukup ampuh."Ketika dihantam tsunami, Anda akan terbawa arus.Tapi, Anda mesti tetap fokus supaya bisa bertahan dan melanjutkan hidup," pesannya. Dalam satu wawancara dengan jurnalis Inggris, Kate Kellaway, Jemma menuturkan makna kehilangan lewat lantunan suara setengah berbisik. "Itu (kehilangan) sungguh masa yang sulit.Tapi, saya berusaha menyadari, ada orang lain yang mengalami kehilangan lebih berat dari saya,"paparnya kepada Kellaway.

Kini hanya kenangan yang bisa disimpan Jemma. Orangorang terdekatnya yang sudah pergi banyak meninggalkan kenangan baik untuk Jemma. Bertahan, itulah kuncinya.Kepada Kellaway,Jemma kembali menegaskan bahwa bertahan adalah salah satu pekerjaan manusia selama hidup. Menurut beberapa orang, Jemma layaknya syair di tengah badai. Dia diterjang rasa kehilangan berkali-kali dalam rentang waktu yang berdekatan. Namun, Jemma berani bertahan serta mengenang mereka yang telah pergi lewat karya berkesan.

Tidak ada komentar: