Seorang pertapa saleh tinggal di dalam gua, di belahan hutan yang paling dalam di sebuah gunung tinggi. Begitu suci hidupnya hingga ia beranggapan bahwa dialah manusia yang paling saleh dan yang paling mencintai Tuhannya.
Tuhan membaca semua pikirannya. Datanglah ia dalam angin badai, menjumpai pertapa ini. Berkatalah Ia: "Hai pertapa, pergilah kau ke sebuah sungai yang mengalir di tepi sebuah desa di kaki gunung ini. Temuilah seorang petani yang sedang membajak sawahnya. Ia adalah orang yang berbakti kepada-Ku, belajarlah dari dia."
Lalu pergilah ia ke tempat yang dimaksud Tuhannya dan bertemu dengan petani yang dimaksud. Ia perhatikan, sebelum membajak ia menundukkan kepala. Saat makan siang tiba, petani ini menundukkan kepala lagi. Diamatinya terus, pada malam hari ia menundukkan kepala lagi. Pertapa ini berpikir: "Sehari hanya 3 kali berdoa singkat, bagaimana ia disebut berbakti kepada Tuhan?"
Lalu Tuhan berkata kepada pertapa ini: "Pergilah mengelilingi desa itu dengan membawa gelas berisi air penuh. Jangan menumpahkan setetespun!"
Pertapa ini melakukannya.
Bertanyalah Tuhan: "Berapa kali kamu ingat Aku sepanjang perjalanan?"
"Tidak sekalipun ya Tuhan. Bagaimana aku ingat Engkau kalau Engkau menyuruhku memperhatikan air dalam gelas ini supaya tidak tumpah?"
Kata Tuhan: "Gelas ini menguasai pikiranmu, sehingga tak sekalipun engkau berpikir tentang Aku. Tapi lihatlah petani ini. Di saat-saat sibuk, membajak sawahnya, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia masih ingat kepada-Ku."
Apakah kita seperti pertapa ini dimana kita berkonsentrasi hanya pada kegiatan dan pekerjaan kita, tidakkah kita mengingat beberapa detik saja untuk bersyukur atas penghidupan kita?
Sent from my HinoBerry®
powered by HINO GENUINE PART
Tidak ada komentar:
Posting Komentar