CEO dari Titik Nol
Sunday, 26 June 2011 dari koran Seputar Indonesia
Berangkat dari titik nol, tapi mencapai tujuan di tempat tertinggi. Kondisi inilah yang terjadi pada sejumlah chief executive officer (CEO) dunia. Bagi mereka, sukses itu adalah hak bagi siapa saja. Semuanya punya kesempatan yang sama.
Menuju puncak sukses itu akan tercapai jika orang tekun dan penuh kesabaran berlevel tinggi, karena sukses tidak akan lahir dengan cepat.Setidaknya sukses tidak pernah lahir tanpa proses.Sukses lahir karena desain cerdik, bukan seperti membuat mi instan.
Karena itu, situs First Job Institute secara tegas memaparkan bahwa banyak di antara para CEO dunia yang memulai karier dari pekerjaan yang tidak pernah dibayangkan banyak orang. Sangat sulit membayangkan bahwa CEO Exxon Mobil CEO Rex Tillerson pernah menjadi penjaga bayi; atau James Dimon, CEO JP Morgan Chase, pernah bekerja sebagai tukang goreng kentang.
Sementara CEO lain, juga menjalani profesi yang nyaris serupa. Ada yang memulai karier sebagai kuli bongkar- muat seperti Doug McMillon yang digaji USD6/jam. Kini McMillon menduduki posisi Presiden dan CEO Wal- Mart Stores Inc.(baca: Kuli Gudang Jadi Bos Besar).
“Jika Anda tidak peduli pada waktu misalnya, atau Anda tidak bekerja keras untuk ekspektasi memimpin,karier Anda tidak akan bergerak,” ujar McMillon seperti dilansir First Job Institute. Ada juga CEO yang mulai berkarier sebagai penjual koran atau pemotong rumput seperti John Dasburg yang kini menjabat Pimpinan, CEO, dan Presiden ASTAR Air Cargo.
Sejak kecil, Dasburg berusaha keras untuk memiliki uang sendiri.Hal ini bisa dimaklumi karena dia berasal dari keluarga miskin.(baca: Buah Kerja Keras Tukang Potong Rumput) Kisah menarik juga ditunjukkan Michael Dell,mantan CEO Dell Inc yang memulai karier sebagai tukang cuci piring restoran China saat berusia 12 tahun di Houston,Texas.
Dari kerja kerasnya itu, dia diberi bayaran sebesar USD2,30/jam.Kini kerja kerasnya membuahkan hasil dengan memiliki perusahaan komputer ternama di dunia. Hal yang sama juga dilakukan T Boone Pickens yang memulai karier sebagai penjaja koran di Oklahoma saat berusia 12 tahun.
Dari kerjanya itu, dia mendapatkan penghasilan USD28 sen/hari. Kini Pickens sukses memimpin BP Capital Management. Karena itu, Susan Story yang memulai karier sebagai penulis di koran lokal The Sand Mountain Reporter di Albertville, Alabama,AS ini menyebutkan bahwa pekerjaan pertama merupakan jalan terbaik untuk mengetahui kemampuan diri sendiri.
Susan melakukan pekerjaan pertamanya sebagai penulis saat berusia 17 tahun, dengan penghasilan USD2,85 per jam yang merupakan gaji paling minimum. Kini Susan sukses sebagai presiden dan CEO Gulf Power Company,perusahaan listrik swasta di AS yang berkantor pusat di Pensacola, Florida.
Sebagai penulis, Susan bertanggung jawab mengisi halaman “Society Page” dengan mengambil foto,membuat artikel dan pengumuman untuk acara-acara pernikahan. Bekerja di perusahaan media membuat dia mempelajari dinamika dan interaksi antarstaf, manajer,dan penerbit.“Saya juga belajar skema tanggung jawab,belajar keluar dari zona nyaman,dan memotivasi diri,”katanya.
Pekerjaan di media tersebut dimulainya sebelum lulus sekolah menengah atas, dan berlanjut sampai sebelum menyelesaikan kuliahnya. Dia tidak hanya mengerjakan “Society Page”,tetapi juga menulis berita kejadian dan editorial, bahkan kadangkadang melaporkan berita olahraga.
“Saya belajar ketekunan dan harus mendengarkan dengan cermat. Saya juga mendapat kepercayaan diri untuk kemampuan saya setiap kali menyelesaikan sesuatu dengan baik,”ucapnya. Pelajaran yang didapatkannya tersebut menjadi pedoman baginya untuk melakukan pekerjaannya di kemudian hari.
Susan mengungkapkan tidak pernah memiliki pekerjaan di mana dirinya dibatasi hanya melakukan tugas tertentu.Namun, dirinya selalu mencari cara untuk menciptakan hal-hal yang lebih baik dalam setiap pekerjaannya dan berkreasi untuk sesuatu yang tidak pernah ada.
Dia mengutip Martin Luther King Jr yang mengungkapkan sebuah kalimat motivasi yang indah, bahwa jika seseorang dipanggil untuk menjadi penyapu jalan, dia harus menyapu jalan-jalan bagaikan Michael Angelo melukis, atau Beethoven yang sedang menciptakan musik, atau Shakespeare yang sedang menulis puisi.
Dia harus menyapu jalan begitu baik sehingga semua penghuni surga dan bumi akan berhenti dan berkata “di sini tinggal seorang penyapu jalan besar yang melakukan pekerjaannya dengan baik”. Pelajaran serupanya juga diterima Jack Schuessler,mantan pemimpin eksekutif Wendy’s International.
Pekerjaan pertama Schuessler yakni mengisi kotak di pabrik yang berposisi di St Louis,Missouri.Saat itu dia berusia 18 tahun dan mendapatkan upah USD2,45 per jam. Dia mengungkapkan rutinitas pekerjaan tersebut menjadikannya sulit untuk tetap termotivasi selama delapan jam tiap hari.
Meskipun tidak menikmati pekerjaannya dengan sepenuh hati, dia mengklaim satu pelajaran yang didapatkannya yakni tunjukkan yang terbaik. “Kalau kamu tidak menunjukkan yang terbaik,kamu tidak mendapat bayaran,”katanya. Schuessler ditunjuk memimpin Wendy’s International pada 2000, setelah berkarier di perusahaan tersebut lebih dari 25 tahun.
Pada 2006, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya. Dia kemudian digantikan Roland C Smith. Wendy’s merupakan restoran cepat saji yang didirikan Dave Thomas pada 1969 di Ohio, AS. Namun pada 2006, kantor pusat perusahaan akhirnya pindah ke Dublin, Irlandia.
Perusahaan ini melakukan merger dengan Triarc yang merupakan perusahaan induk dari Arby’s pada 2008. Maret 2010,Wendy tercatat sebagai waralaba cepat saji nomor tiga di dunia dengan 6.650 lokasi, di belakang McDonald dan Burger King. pasti liberti
Sunday, 26 June 2011 dari koran Seputar Indonesia
Berangkat dari titik nol, tapi mencapai tujuan di tempat tertinggi. Kondisi inilah yang terjadi pada sejumlah chief executive officer (CEO) dunia. Bagi mereka, sukses itu adalah hak bagi siapa saja. Semuanya punya kesempatan yang sama.
Menuju puncak sukses itu akan tercapai jika orang tekun dan penuh kesabaran berlevel tinggi, karena sukses tidak akan lahir dengan cepat.Setidaknya sukses tidak pernah lahir tanpa proses.Sukses lahir karena desain cerdik, bukan seperti membuat mi instan.
Karena itu, situs First Job Institute secara tegas memaparkan bahwa banyak di antara para CEO dunia yang memulai karier dari pekerjaan yang tidak pernah dibayangkan banyak orang. Sangat sulit membayangkan bahwa CEO Exxon Mobil CEO Rex Tillerson pernah menjadi penjaga bayi; atau James Dimon, CEO JP Morgan Chase, pernah bekerja sebagai tukang goreng kentang.
Sementara CEO lain, juga menjalani profesi yang nyaris serupa. Ada yang memulai karier sebagai kuli bongkar- muat seperti Doug McMillon yang digaji USD6/jam. Kini McMillon menduduki posisi Presiden dan CEO Wal- Mart Stores Inc.(baca: Kuli Gudang Jadi Bos Besar).
“Jika Anda tidak peduli pada waktu misalnya, atau Anda tidak bekerja keras untuk ekspektasi memimpin,karier Anda tidak akan bergerak,” ujar McMillon seperti dilansir First Job Institute. Ada juga CEO yang mulai berkarier sebagai penjual koran atau pemotong rumput seperti John Dasburg yang kini menjabat Pimpinan, CEO, dan Presiden ASTAR Air Cargo.
Sejak kecil, Dasburg berusaha keras untuk memiliki uang sendiri.Hal ini bisa dimaklumi karena dia berasal dari keluarga miskin.(baca: Buah Kerja Keras Tukang Potong Rumput) Kisah menarik juga ditunjukkan Michael Dell,mantan CEO Dell Inc yang memulai karier sebagai tukang cuci piring restoran China saat berusia 12 tahun di Houston,Texas.
Dari kerja kerasnya itu, dia diberi bayaran sebesar USD2,30/jam.Kini kerja kerasnya membuahkan hasil dengan memiliki perusahaan komputer ternama di dunia. Hal yang sama juga dilakukan T Boone Pickens yang memulai karier sebagai penjaja koran di Oklahoma saat berusia 12 tahun.
Dari kerjanya itu, dia mendapatkan penghasilan USD28 sen/hari. Kini Pickens sukses memimpin BP Capital Management. Karena itu, Susan Story yang memulai karier sebagai penulis di koran lokal The Sand Mountain Reporter di Albertville, Alabama,AS ini menyebutkan bahwa pekerjaan pertama merupakan jalan terbaik untuk mengetahui kemampuan diri sendiri.
Susan melakukan pekerjaan pertamanya sebagai penulis saat berusia 17 tahun, dengan penghasilan USD2,85 per jam yang merupakan gaji paling minimum. Kini Susan sukses sebagai presiden dan CEO Gulf Power Company,perusahaan listrik swasta di AS yang berkantor pusat di Pensacola, Florida.
Sebagai penulis, Susan bertanggung jawab mengisi halaman “Society Page” dengan mengambil foto,membuat artikel dan pengumuman untuk acara-acara pernikahan. Bekerja di perusahaan media membuat dia mempelajari dinamika dan interaksi antarstaf, manajer,dan penerbit.“Saya juga belajar skema tanggung jawab,belajar keluar dari zona nyaman,dan memotivasi diri,”katanya.
Pekerjaan di media tersebut dimulainya sebelum lulus sekolah menengah atas, dan berlanjut sampai sebelum menyelesaikan kuliahnya. Dia tidak hanya mengerjakan “Society Page”,tetapi juga menulis berita kejadian dan editorial, bahkan kadangkadang melaporkan berita olahraga.
“Saya belajar ketekunan dan harus mendengarkan dengan cermat. Saya juga mendapat kepercayaan diri untuk kemampuan saya setiap kali menyelesaikan sesuatu dengan baik,”ucapnya. Pelajaran yang didapatkannya tersebut menjadi pedoman baginya untuk melakukan pekerjaannya di kemudian hari.
Susan mengungkapkan tidak pernah memiliki pekerjaan di mana dirinya dibatasi hanya melakukan tugas tertentu.Namun, dirinya selalu mencari cara untuk menciptakan hal-hal yang lebih baik dalam setiap pekerjaannya dan berkreasi untuk sesuatu yang tidak pernah ada.
Dia mengutip Martin Luther King Jr yang mengungkapkan sebuah kalimat motivasi yang indah, bahwa jika seseorang dipanggil untuk menjadi penyapu jalan, dia harus menyapu jalan-jalan bagaikan Michael Angelo melukis, atau Beethoven yang sedang menciptakan musik, atau Shakespeare yang sedang menulis puisi.
Dia harus menyapu jalan begitu baik sehingga semua penghuni surga dan bumi akan berhenti dan berkata “di sini tinggal seorang penyapu jalan besar yang melakukan pekerjaannya dengan baik”. Pelajaran serupanya juga diterima Jack Schuessler,mantan pemimpin eksekutif Wendy’s International.
Pekerjaan pertama Schuessler yakni mengisi kotak di pabrik yang berposisi di St Louis,Missouri.Saat itu dia berusia 18 tahun dan mendapatkan upah USD2,45 per jam. Dia mengungkapkan rutinitas pekerjaan tersebut menjadikannya sulit untuk tetap termotivasi selama delapan jam tiap hari.
Meskipun tidak menikmati pekerjaannya dengan sepenuh hati, dia mengklaim satu pelajaran yang didapatkannya yakni tunjukkan yang terbaik. “Kalau kamu tidak menunjukkan yang terbaik,kamu tidak mendapat bayaran,”katanya. Schuessler ditunjuk memimpin Wendy’s International pada 2000, setelah berkarier di perusahaan tersebut lebih dari 25 tahun.
Pada 2006, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya. Dia kemudian digantikan Roland C Smith. Wendy’s merupakan restoran cepat saji yang didirikan Dave Thomas pada 1969 di Ohio, AS. Namun pada 2006, kantor pusat perusahaan akhirnya pindah ke Dublin, Irlandia.
Perusahaan ini melakukan merger dengan Triarc yang merupakan perusahaan induk dari Arby’s pada 2008. Maret 2010,Wendy tercatat sebagai waralaba cepat saji nomor tiga di dunia dengan 6.650 lokasi, di belakang McDonald dan Burger King. pasti liberti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar