PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) terus menjadi buah bibir terkait pengembangan dan perbaikan transportasi publik di Indonesia. Beberapa pencapaian dan transformasi yang dilakukan oleh PT KAI sering menjadi bahan kajian atau studi kasus di berbagai kelas pendidikan bisnis.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan hadir untuk berbagi pengalaman dan insight seputar transformasi PT KAI di bawah kepemimpinannya, khususnya terkait dengan permasalahan pemasaran dan keuangan.
Bagi pria kelahiran Singapura pada tahun 1963 ini, seorang pemasar sebaiknya memahami masalah keuangan. Menurutnya, pemasaran dan keuangan sangat berkaitan dalam kemajuan sebuah perusahaan atau organisasi. "Ketika melakukan aktivitas pemasaran, pastikan harus ada nilai tambah untuk institusi tersebut, baik berupa peningkatan hasil keuangan atau value addedyang lain," kata Jonan.
Jonan menambahkan langkah pertama transformasi di dalam PT KAI dilakukan dengan cara mengubah pola pikir para pegawainya lebih dahulu. Salah satunya, mengubah pola pikir dari product oriented menjadicustomer oriented. Para pengguna kereta api harus diperlakukan layaknya pelanggan perusahaan.
Upaya Jonan pun membuahkan hasil. Pelayanan KAI saat ini mulai mengedepankan pendekatan pelayanan kepada pelanggan. Jonan secara perlahan membangun kembali budaya perusahaan layanan transportasi yang mengutamakan kenyamanan, kebersihan, maupun ketepatan waktu.
Selain itu, Jonan juga mengajak seluruh timnya untuk sadar akan kompetisi. Dengan menyadari kompetisi ini, harapannya KAI bisa secara kontinu melakukan perbaikan dan inovasi agar tidak kalah dengan pesaingnya.
"Jangan pernah merasa tidak memiliki kompetitor. KAI sendiri memiliki banyak kompetitor. Untuk jarak pendek, misalnya, Metromini itu saingan kami. Untuk jarak jauh, ada bus maupun penerbangan low cost carrier. Jadi, jangan kira PT KAI tidak punya kompetitor," kata Jonan.
Jonan menambahkan semua layanan publik tidak boleh memiliki sistem kelas. Semua pelanggan, bagi Jonan, harus dilayani dengan baik tanpa pandang bulu. Tak heran, dalam hal ini, Jonan berani menghapus segmen kelas dalamcommuter line, di samping menerapkan sistem tarif progresif dan pemakaian tiket digital. Jonan menegaskan keputusan penerapan tiket digital di commuter linemerupakan keputusan strategik dan bukan keputusan pemasaran.
Pada intinya, bagi Jonan, seorang pemasar harus mampu memahami kebutuhan pelanggannya, strategi pemasaran, dan tentunya pentingnya memahami keuangan perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar