Predikat Bill Gates sebagai pengusaha terkaya sejagat yang sempat disandangnya selama 13 tahun, akhirnya tumbang jua. Si dia yang berhasil mengunggulinya adalah Carlos Slim Helu. Uniknya, Carlos ternyata bukanlah pengusaha yang bermukim di negara kaya, melainkan warga negara Mexico, yakni salah satu negara berkembang di Amerika Latin yang 56% penduduknya
masih tergolong miskin.
Kejutan yang mencuat ke permukaan pada pekan lalu itu, seperti yang dilansir oleh Mexican Financial, sebuah media yang terbit di Mexico, yang menyatakan bahwa kekayaan pribadi Carlos saat ini telah mencapai US$ 67,8 miliar. Itu berarti, total kekayaan Chief Executive Officer (CEO) Telmex (Teléfonos de México)—konglomerasi yang bergerak di bidang
telekomunikasi—itu lebih besar US$ 8,6 miliar ketimbang kekayaan Bill Gates yang hanya US$ 59,2 miliar.
Fenomena Carlos memang menarik.
Harta kekayaannya mulai berkembang pesat, paling tidak menurut majalah Forbes, mulai dirasakan sejak dua tahun terakhir. Pada 2005, kekayaan yang dimilikinya baru mencapai US$ 23,8 miliar. Saat itu ia baru tercatat sebagai pengusaha terkaya di urutan keempat. Tapi pada akhir 2006, kekayaannya tiba-tiba bertambah luar biasa, totalnya mencapai US$ 50
miliar. Karena itu pula Carlos layak naik peringkat di urutan ketiga orang terkaya sedunia, kendati masih di bawah Bill Gates dan Warren Buffett.
Dendam Sang Miliarder
Kini, kekayaannya bertambah lagi sekitar US$ 18 miliar. Dengan kata lain, dalam kurun enam bulan terakhir, setiap bulannya pundi-pundi uangnya bertambah rata-rata US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 27 triliun. Sebuah angka pertumbuhan yang amat fantastis.
Sebenarnya pula, "karir" Carlos bisa menumpuk harta hingga sebanyak itu, sudah diduga banyak kalangan. Malah, semula mereka memperkirakan, pada tahun ini Carlos hanya akan menggeser posisi Warren Buffett sebagai orang terkaya kedua di dunia. Kenyataannya, prediksi ini meleset total. Kendati tahun 2007 belum berakhir, faktanya Carlos malah berhasil mengungguli Bill Gates. Dan selama tahun ini pria bertumbuh tambun itu diperkirakan masih
akan mampu menambah kekayaannya hingga sekitar US$ 19 miliar.
masih tergolong miskin.
Kejutan yang mencuat ke permukaan pada pekan lalu itu, seperti yang dilansir oleh Mexican Financial, sebuah media yang terbit di Mexico, yang menyatakan bahwa kekayaan pribadi Carlos saat ini telah mencapai US$ 67,8 miliar. Itu berarti, total kekayaan Chief Executive Officer (CEO) Telmex (Teléfonos de México)—konglomerasi yang bergerak di bidang
telekomunikasi—itu lebih besar US$ 8,6 miliar ketimbang kekayaan Bill Gates yang hanya US$ 59,2 miliar.
Fenomena Carlos memang menarik.
Harta kekayaannya mulai berkembang pesat, paling tidak menurut majalah Forbes, mulai dirasakan sejak dua tahun terakhir. Pada 2005, kekayaan yang dimilikinya baru mencapai US$ 23,8 miliar. Saat itu ia baru tercatat sebagai pengusaha terkaya di urutan keempat. Tapi pada akhir 2006, kekayaannya tiba-tiba bertambah luar biasa, totalnya mencapai US$ 50
miliar. Karena itu pula Carlos layak naik peringkat di urutan ketiga orang terkaya sedunia, kendati masih di bawah Bill Gates dan Warren Buffett.
Dendam Sang Miliarder
Kini, kekayaannya bertambah lagi sekitar US$ 18 miliar. Dengan kata lain, dalam kurun enam bulan terakhir, setiap bulannya pundi-pundi uangnya bertambah rata-rata US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 27 triliun. Sebuah angka pertumbuhan yang amat fantastis.
Sebenarnya pula, "karir" Carlos bisa menumpuk harta hingga sebanyak itu, sudah diduga banyak kalangan. Malah, semula mereka memperkirakan, pada tahun ini Carlos hanya akan menggeser posisi Warren Buffett sebagai orang terkaya kedua di dunia. Kenyataannya, prediksi ini meleset total. Kendati tahun 2007 belum berakhir, faktanya Carlos malah berhasil mengungguli Bill Gates. Dan selama tahun ini pria bertumbuh tambun itu diperkirakan masih
akan mampu menambah kekayaannya hingga sekitar US$ 19 miliar.
Salah satu bisnis Carlos yang dipandang paling berjaya adalah sektor telekomunikasi. Secara global, sektor ini memang tengah berkembang amat pesat dan memiliki masa depan yang begitu cerah. Dengan bendera Telmex, bahkan Carlos mampu menguasai 99% jaringan fixed phone sambungan telepon tetap) di Mexico.
Begitu pula halnya di jalur telepon seluler dan telekomunikasi tanpa kabel,lewat Telcel dan America Movil, pengusaha ini berhasil menguasai pangsa pasar di dalam negerinya hingga 80%. Jumlah pengguna America Movil kini mencapai lebih dari 100 juta pelanggan. Menurutnya, bisnis telekomunikasi adalah bisnis yang amat dibutuhkan oleh manusia saat ini. Dengan telekomunikasi penduduk di dunia bisa saling mengenal dan melakukan transaksi bisnis. "Jadi, mengembangkan telekomunikasi saat ini merupakan sebuah pilihan yang tepat," katanya.
Dan ternyata Carlos bukanlah jagoan kandang. Bisnis telekomunikasinya bahkan mampu merambah hingga ke Amerika. Nyatanya, hingga saat ini ia masih tercatat sebagai pemegang saham perorangan terbesar (13%) di MCI, yakni industri telekomunikasi asal Negeri Abang Sam yang jaringan bisnisnya menggurita hingga di 65 negara. Carlos juga memiliki saham di SBC
Communications, tak lain induk perusahaan telekomunikasi yang paling kesohor di Amerika, AT&T.
PERPUTARAN BISNIS PER TAHUNNYA MENCAPAI US$ 700 MILIAR
Bisnis Carlos juga mencakup bidang teknologi informasi (IT). Hal itu bisa disimak di daftar pemegang saham CompUSA, yakni perusahaan penjaja berbagai peralatan dan komponen komputer yang memiliki jaringan gerai terluas di Amerika. Di perusahaan yang bermarkas di Texas ini, bahkan Carlos tercatat sebagai pemegang saham mayoritas. Sampai saat ini, jaringan toko yang berada di genggaman perusahaan ini berjumlah lebih dari 200 unit, yang
tersebar mulai dari Amerika hingga Puerto Rico.
Selain itu, Carlos memiliki kerajaan bisnis yang mencakup ratusan perusahaan. Selain telekomunikasi dan IT, unit usaha lain yang digarapnya bergerak di bidang keuangan, stasiun televisi, kesehatan, industri rokok, investasi di pasar modal, konstruksi dan infrastruktur, dan
restoran.Hebatnya pula, jaringan bisnisnya tersebar mulai dari Amerika Latin,Amerika Serikat, Hong Kong, hingga Finlandia.
Buat ukuran masyarakat Indonesia, nama Carlos Slim Helu memang kurang dikenal. Tapi, publik di sini bisa mengamati sepak terjangnya lewat industri semen asal Mexico, Cemex. Sekitar empat tahun lalu perusahaan ini berhasil membeli saham pemerintah di Semen Gresik.
Layaknya sebuah konglomerasi, seluruh kerajaan bisnisnya dikendalikan lewat Grupo Carso, yakni perusahaan holding yang sengaja dibentuk untuk itu. Nama Carso merupakan simbol pemiliknya, yakni gabungan nama Carlos dan mendiang istrinya Soumaya. Untuk menggerakkan seluruh aset bisnisnya itu, kini Carlos dibantu oleh tiga orang putranya, ditambah seorang menantu laki-lakinya.
Jika ditotal, perputaran dana yang dialirkan Grupo Carso setiap tahunnya mencapai US$ 700 miliar. Dengan skala sebesar itu, bisa dimaklumi jika kelompok usaha ini juga menjadi tumpuan perekonomian negaranya. Nyatanya, sekitar 7% kegiatan ekonomi negara berpenduduk lebih dari 100 juta orang itu berasal dari bisnis Carlos.
Oleh karena itu, seharusnya penduduk Mexico patut berterima kasih kepadanya. Tapi, fenomena yang terjadi malah sebaliknya. Di negerinya sendiri, citra Carlos amatlah buruk. Itu, layaknya "nasib" para konglomerat yang berjaya di negeri yang mayoritas penduduknya masih miskin, sepak terjang mereka selalu dicurigai. Begitu juga dengan Carlos, ia bisa berjaya
karena dituding telah melakukan praktik monopoli.
Beberapa tahun lalu, bahkan CompUSA pernah berurusan dengan lembaga antimonopoli Amerika lantaran dituduh terlalu besar memberikan diskon kepada lebih dari 200 item produk yang dijualnya. Dan taktik bisnis seperti itu dianggap telah menyalahi peraturan dagang di Negeri Abang Sam.
Sejatinya, Carlos adalah lelaki yang saat ini berusia 67 tahun kelahiran Mexico City. Di kalangan lawan-lawan bisnisnya, ia dikenal sebagai pengusaha yang memiliki style mirip Warren Buffett. Maksudnya, Carlos juga dikenal piawai membeli perusahaan dengan harga murah, kemudian dijualnya kembali ketika harganya tengah melambung tinggi. Gaya bisnisnya ini pun tak
luput dari kritikan banyak kalangan. Pasalnya, ia kerap ketahuan melakukan cara-cara transaksi yang tidak etis.
Terlepas dari tudingan miring itu, bisa dibilang, Carlos patut digolongkan sebagai pebisnis tulen. Keterampilan berbisnisnya, tampaknya sudah mulai terasah sejak kecil. Kedua orang tuanya yang imigran dari Lebanon mewariskan kepadanya bisnis properti. Pada awalnya, usaha peninggalan ini hanya kecil-kecilan. Kemudian menjadi terkenal setelah Mexicomengalami
krisis ekonomi di awal 1980-an. Maklum saja, saat itu ia banyak membeli perusahaan yang ditawarkan dengan harga murah.
Setelah berjalan selama 10 tahun, kemudian ia berhasil membeli Telmex dari Pemerintah Mexico. Sejak saat itulah bisnisnya makin berkibar dan menggurita. Meski banyak yang mengkritiknya, tapi Carlos tak peduli.
"Kritik adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari seorang pengusaha yang sukses," katanya.
Begitu pula halnya di jalur telepon seluler dan telekomunikasi tanpa kabel,lewat Telcel dan America Movil, pengusaha ini berhasil menguasai pangsa pasar di dalam negerinya hingga 80%. Jumlah pengguna America Movil kini mencapai lebih dari 100 juta pelanggan. Menurutnya, bisnis telekomunikasi adalah bisnis yang amat dibutuhkan oleh manusia saat ini. Dengan telekomunikasi penduduk di dunia bisa saling mengenal dan melakukan transaksi bisnis. "Jadi, mengembangkan telekomunikasi saat ini merupakan sebuah pilihan yang tepat," katanya.
Dan ternyata Carlos bukanlah jagoan kandang. Bisnis telekomunikasinya bahkan mampu merambah hingga ke Amerika. Nyatanya, hingga saat ini ia masih tercatat sebagai pemegang saham perorangan terbesar (13%) di MCI, yakni industri telekomunikasi asal Negeri Abang Sam yang jaringan bisnisnya menggurita hingga di 65 negara. Carlos juga memiliki saham di SBC
Communications, tak lain induk perusahaan telekomunikasi yang paling kesohor di Amerika, AT&T.
PERPUTARAN BISNIS PER TAHUNNYA MENCAPAI US$ 700 MILIAR
Bisnis Carlos juga mencakup bidang teknologi informasi (IT). Hal itu bisa disimak di daftar pemegang saham CompUSA, yakni perusahaan penjaja berbagai peralatan dan komponen komputer yang memiliki jaringan gerai terluas di Amerika. Di perusahaan yang bermarkas di Texas ini, bahkan Carlos tercatat sebagai pemegang saham mayoritas. Sampai saat ini, jaringan toko yang berada di genggaman perusahaan ini berjumlah lebih dari 200 unit, yang
tersebar mulai dari Amerika hingga Puerto Rico.
Selain itu, Carlos memiliki kerajaan bisnis yang mencakup ratusan perusahaan. Selain telekomunikasi dan IT, unit usaha lain yang digarapnya bergerak di bidang keuangan, stasiun televisi, kesehatan, industri rokok, investasi di pasar modal, konstruksi dan infrastruktur, dan
restoran.Hebatnya pula, jaringan bisnisnya tersebar mulai dari Amerika Latin,Amerika Serikat, Hong Kong, hingga Finlandia.
Buat ukuran masyarakat Indonesia, nama Carlos Slim Helu memang kurang dikenal. Tapi, publik di sini bisa mengamati sepak terjangnya lewat industri semen asal Mexico, Cemex. Sekitar empat tahun lalu perusahaan ini berhasil membeli saham pemerintah di Semen Gresik.
Layaknya sebuah konglomerasi, seluruh kerajaan bisnisnya dikendalikan lewat Grupo Carso, yakni perusahaan holding yang sengaja dibentuk untuk itu. Nama Carso merupakan simbol pemiliknya, yakni gabungan nama Carlos dan mendiang istrinya Soumaya. Untuk menggerakkan seluruh aset bisnisnya itu, kini Carlos dibantu oleh tiga orang putranya, ditambah seorang menantu laki-lakinya.
Jika ditotal, perputaran dana yang dialirkan Grupo Carso setiap tahunnya mencapai US$ 700 miliar. Dengan skala sebesar itu, bisa dimaklumi jika kelompok usaha ini juga menjadi tumpuan perekonomian negaranya. Nyatanya, sekitar 7% kegiatan ekonomi negara berpenduduk lebih dari 100 juta orang itu berasal dari bisnis Carlos.
Oleh karena itu, seharusnya penduduk Mexico patut berterima kasih kepadanya. Tapi, fenomena yang terjadi malah sebaliknya. Di negerinya sendiri, citra Carlos amatlah buruk. Itu, layaknya "nasib" para konglomerat yang berjaya di negeri yang mayoritas penduduknya masih miskin, sepak terjang mereka selalu dicurigai. Begitu juga dengan Carlos, ia bisa berjaya
karena dituding telah melakukan praktik monopoli.
Beberapa tahun lalu, bahkan CompUSA pernah berurusan dengan lembaga antimonopoli Amerika lantaran dituduh terlalu besar memberikan diskon kepada lebih dari 200 item produk yang dijualnya. Dan taktik bisnis seperti itu dianggap telah menyalahi peraturan dagang di Negeri Abang Sam.
Sejatinya, Carlos adalah lelaki yang saat ini berusia 67 tahun kelahiran Mexico City. Di kalangan lawan-lawan bisnisnya, ia dikenal sebagai pengusaha yang memiliki style mirip Warren Buffett. Maksudnya, Carlos juga dikenal piawai membeli perusahaan dengan harga murah, kemudian dijualnya kembali ketika harganya tengah melambung tinggi. Gaya bisnisnya ini pun tak
luput dari kritikan banyak kalangan. Pasalnya, ia kerap ketahuan melakukan cara-cara transaksi yang tidak etis.
Terlepas dari tudingan miring itu, bisa dibilang, Carlos patut digolongkan sebagai pebisnis tulen. Keterampilan berbisnisnya, tampaknya sudah mulai terasah sejak kecil. Kedua orang tuanya yang imigran dari Lebanon mewariskan kepadanya bisnis properti. Pada awalnya, usaha peninggalan ini hanya kecil-kecilan. Kemudian menjadi terkenal setelah Mexicomengalami
krisis ekonomi di awal 1980-an. Maklum saja, saat itu ia banyak membeli perusahaan yang ditawarkan dengan harga murah.
Setelah berjalan selama 10 tahun, kemudian ia berhasil membeli Telmex dari Pemerintah Mexico. Sejak saat itulah bisnisnya makin berkibar dan menggurita. Meski banyak yang mengkritiknya, tapi Carlos tak peduli.
"Kritik adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari seorang pengusaha yang sukses," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar