Kamis, 15 Oktober 2009

Pemuda Kristen (Kisah Marilyn Manson)


Brian Warner adalah seorang remaja Kristen yang pemalu, minder,dan kurang PD. Tubuhnya kurus seperti penggaris dan wajahnyaberjerawat.


Dalam gerejanya, ia termasuk remaja yang tidak pernah mendapat perhatian.Puncaknya ketika kaum muda di gerejanya mengadakan acara refreshing bersamadi sebuah taman hiburan, lagi-lagi Brian harus sendirian, terkucilkan darilingkungannya. Tak satupun orang yang menemaninya atau mengajaknyabicara. Seakan-akan Brian tak pernah ada di situ. Hal itu terlalu menyakitkanbaginya sehingga 3bulan kemudian Brian mundur dari gerejanya.


Bertahun-tahun kemudian remaja yang penuh sakit hati terhadap gereja ini tumbuh menjadi seorang pria yang sangat populer. Ia mengganti nama BRIAN dengan nama seorang cewek yang bunuh diri yaitu MARILYN, kemudian nama WARNER ia ganti menjadi MANSON, yg merupakan nama seorang pembunuh bertopeng. Ia membuat suatu grup band yang sekarang memiliki jutaan fans di seluruh dunia.


Ia adalah Marilyn Manson, seorang yang menyebut dirinya "maha bintang antikris". Marilyn Manson merupakan salah satu bintang rock terheboh abad ini. Prestasinya sebagai pengikut antikris mulai terlihat ketika lagu2nya membuat 2 penggemarnya membunuh teman-teman nya di SMU Columbine Colorado, dan masih banyak pengaruh Manson yang lain merusak generasi.


Kalau saja ada orang yang cukup peduli dengan Brian saat di taman hiburan itu. Kalau saja ada orang yang mau berteman dengannya, paling tidak menyebut namanya.

Kalau saja ada orang yang mengasihinya.

Kalau saja ada orang yang cukup perhatian dengannya, tentu saja Marilyn Manson tak pernah ada di dunia ini, namanya pun tak mungkin kita dengar.


Ini harus menjadi renungan buat kita semua yang mengaku diri sebagai orang Kristen yang penuh kasih. Apakah selama ini kita sudah peduli dengan saudara seiman kita? Jangan sampai kita dikejutkan dengan Marilyn Manson yang baru, yang ternyata adalah bekas anggota gereja kita yg sakit hati dan kecewa atas perlakuan kita.

Keranjang Arang & ALKITAB


Seorang Kakek hidup di sebuah perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur negara bagian Kentucky (USA) dengan seorang cucu lelakinya yang masih muda.

Setiap pagi sang Kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan didapurnya. Si Cucu ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dengan cara semampunya.
Suatu hari sang Cucu bertanya, ? Kakek, aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan, tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?
Dengan tenang sang Kakek mengambil keranjang tempat arang, sambil melobangi keranjangnya ia menjawab? Bawa keranjang ini ke sungai, penuhi dengan air dan bawa lagi kemari?
Maka sang Cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum sampai di depan rumahnya.
Kakek tertawa dan berkata, ? Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi?
Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk mencobanya lagi. Sang Cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia sampai di depan rumah.
Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang Cucu mengambil ember sebagai ganti keranjang arang. Sang Kakek berkata, ?Aku tidak mau ember itu, aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usahamu kurang cukup,? Maka sang Kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha Cucunya itu.
Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, bahwa biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah..
Sekali lagi sang Cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek, keranjang sudah kosong lagi.
Sambil terengah-engah ia berkata, ?Lihat Kek, percuma!? Jadi kamu pikir percuma?? Kata kakek
Kemudian Kakek berkata, ?Lihatlah keranjangnya? Sang Cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya, dan untuk pertama kalinya

Ia menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu TELAH BERUBAH dari keranjang arang yang tua kotor, Kini berubah menjadi BERSIH LUAR DAN DALAM.

Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu MEMBACA ALKITAB. Kamu TIDAK BISA MEMAHAMI atau INGAT semuanya. Tetapi KETIKA kamu MEMBACANYA LAGI, kamu
AKAN BERUBAH, luar dalam. Itu adalah KARUNIA dari ALLAH di dalam hidup kita..?

Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati kita akan tenang.

Rabu, 14 Oktober 2009

Cermin yg terlupakan


Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith, mengadakan 'garage sale' untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri.


Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi.


Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.


Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan.


Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.


Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.


Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith.

"Berapa harga cermin itu?" katanya sambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang.

"Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?" katanya.

"Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus." jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin
itu tetaplah jelek dan tidak berharga.


Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smith berkata, "Hmm ... anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar."

Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang satu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith.


"Terima kasih," kata Mrs. Smith, "Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?"

"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawab si pembeli..


Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya.


Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!


"Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengan gembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.


Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani.
Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegi bekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.


Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapis dari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warna emas yang indah.


Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita.


Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita.


Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas?


Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?


Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak.


Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka.

Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.


Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik.


Mari kita melakukan sesuatu yang baru.


Mari kita membuat perbedaan!