Kamis, 25 Juli 2013

3 Fase Hidup


"Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain." (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa ketika orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Namun banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Akan tetapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Sayangnya tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Namun dua tahun berlalu, bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, "Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis." Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa- apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Akan tetapi ada bahayanya. Orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak- banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Pusat-pusat perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang. Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Akan tetapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. "Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya ...," katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Dokter itu memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan, "Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?"

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi! 

Kamis, 18 Juli 2013

Kritik : Semangat Memperbaiki

Lukisan itu diselesaikan 5 hari 4 malam, sebuah lukisan pemandangan yg sgt cantik terpampang di kanvasnya. Dia ingin menunjukkan pada orang² & ingin tahu bgmn pendapat mereka.

Seniman muda ini meletakkan lukisannya di sebuah jalan yg ramai, di mana byk org lewat & bisa melihat lukisannya.
Di bawah lukisan tersebut dia beri tulisan
'Lukisan ini adalah karya saya. Mungkin saya telah membuat beberapa kesalahan dlm goresan pemilihan warna dsb.
Tolong beri X pada bagian yg menurut Anda salah'.

Sore harinya, dia kembali utk mengambil lukisan itu, dia sgt terkejut melihat seluruh kanvas penuh dengan tanda X & komentar pedas.

Dengan sangat kecewa, dia pergi ke tempat gurunya.
Dia merasa tak berguna & tak bisa menjadi pelukis.

Sang guru menunjukkan pada murid itu cara untuk membuktikan bahwa dia bukan pelukis yang buruk.

Guru lukis ini memintanya utk membuat kembali lukisan yg telah dicoret org itu.

Namun kali ini, tulisan di bawah lukisan itu berbunyi demikian:
'Saudara-saudara, saya telah melukis lukisan ini.
Mungkin ada kesalahan dlm goresan pemilihan warna dsb. Tersedia kanvas, sekotak kuas dan cat, mohon berbaik hati memperbaikinya'.

Sore harinya, dia kembali. Hasilnya?

Lukisan itu tetap bersih tanpa satu pun koreksi.

Lukisan itu tetap ditinggalkan di sana hingga tiga hari berikutnya, dan masih tetap bersih dari koreksi.

Moral Cerita :
¤ Mengkritik memang mudah namun memperbaiki itu sulit.

¤ Jangan biarkan diri Anda hancur dan merasa depresi hanya karena kritikan orang lain.

¤ Andalah juri terbaik untuk setiap karya Anda, sedangkan orang lain hanyalah kontributor.

¤ Ambil saja yang memang berguna, dan acuhkan yang tidak berguna...

Sent from my HinoBerry®
powered by HINO GENUINE PART

Senin, 15 Juli 2013

Quote: Waktu

Waktu tidak diukur dengan berlalunya tahun, tetapi pada apa yang dilakukan, apa yang dirasakan, dan apa yang dicapai seseorang.

JAWAHARLAL NEHRU (1889–1964)
Perdana Menteri India Pertama

Sabtu, 13 Juli 2013

Quote Arsene Wenger

Menang pada usia muda bukan hal yang paling penting. Yang terpenting adalah mengembangkan kreativitas dan kemampuan dengan kepercayaan diri yang tinggi.

ARSENE WENGER
Pelatih Arsenal

KETULUSAN CINTA

Robertson McQuilkin adalah seorang Rektor Universitas Internasional Columbia. Namun isterinya mengalami sakit alzheimer atau gangguan fungsi otak, sehingga ia tidak mengenali semua orang bahkan anak-anaknya, hanya satu orang yang ada dalam ingatannya, yaitu suaminya Robertson.

Karena kesibukan Robertson, maka ia menyewa seorang perawat untuk merawat dan menjaga isterinya. Namun suatu pagi alangkah herannya ia dan semua orang dikantornya, melihat Muriel isterinya datang ke kantor tanpa alas kaki dan ada bercak-bercak darah di kakinya. Ternyata Muriel bangun dari tempat tidur dan hanya dengan menggunakan daster berjalan kaki menuju kantor suaminya yang berjarak kira-kira satu kilometer dan bercak-bercak darah ada di sepanjang lantai kantor suaminya karena kakinya terantuk di jalan beberapa kali. Ketika masuk ke kantor suaminya, Muriel berkata "Saya tidak mau perawat, saya hanya mau kamu menemaniku."

Mendengar kata-kata Muriel, Robertson mengingat janji nikahnya 47 tahun lalu, dan tidak lama kemudian ia meminta kepada pihak universitas untuk pensiun dan berhenti dari jabatannya sebagai Rektor. Pada pidato perpisahan di Universitas Internasional Columbia Robert McQuilkin menjelaskan apa yang terjadi pada isterinya dan mengapa ia mengambil keputusan untuk mengundurkan dari dari jabatannya.

Ia berkata: "47 tahun yang lalu, saya berjanji kepada Muriel dihadapan Tuhan dan disaksikan banyak orang, bahwa saya akan menerima dan selalu mencintai Muriel baik dalam suka maupun dalam duka, dalam keadaan kaya atau miskin, baik dalam keadaan sehat atau sakit." Kemudian ia melanjutkan: "Sekarang inilah saat yang paling diperlukan oleh Muriel agar saya menjaga dan merawatnya."

Tidak lama kemudian Muriel tidak bisa apa-apa lagi, bahkan untuk makan, mandi, serta buang air pun, ia harus dibantu oleh Robertson. Pada tanggal 14 Februari 1995 adalah hari istimewa mereka, 47 tahun lalu, dimana Robertson melamar dan kemudian menikahi Muriel. Maka seperti biasanya Robertson memandikan Muriel dan menyiapkan makan malam kesukaannya dan menjelang tidur ia mencium Muriel, menggenggam tangannya, dan berdoa, "Tuhan, jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam, biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu."

Paginya, ketika Robertson sedang berolahraga dengan sepeda statis, Muriel terbangun. Ia tersenyum kepada Robertson, dan untuk pertama kali setelah berbulan-bulan Muriel tak pernah berbicara, ia memanggil Robertson dengan lembut dan berkata: "Sayangku …" Robertson terlompat dari sepeda statisnya dan memeluk Muriel. Kemudian Muriel betanya kepada suminya: "Sayangku, apakah kamu benar-benar mencintaiku?" tanya Muriel lirih, Robertson mengangguk dan tersenyum. Kemudian Muriel berkata: "Aku bahagia," dan itulah kata-kata terakhir Muriel sebelum meninggal.

Sungguh kasih yang luar biasa. Alangkah indahnya relasi yang didasarkan pada cinta, tidak ada kepedihan yang terlalu berat untuk dipikul. Cinta adalah daya dorong yang sangat ampuh agar kita selalu melakukan yang terbaik. Menjalani kegetiran tanpa putus asa, melalui kepahitan tanpa menyerah, melewati lembah kekelaman dengan keberanian. Komitmen sejati dan cinta sejati menyatu. Cinta sejati harus memiliki komitmen sejati. Tanpa komitmen sejati, cinta akan pudar di tengah jalan, di tengah kesulitan dan penderitaan. Mari kita menumbuh kembangkan cinta kasih, untuk melandasi setiap motivasi, tindakan dan ucapan kita di mana pun dan kapan pun kita berada.
Sent from my HinoBerry®
powered by HINO GENUINE PART

Rabu, 10 Juli 2013

Perjalanan Sukses Alex Ferguson


Lahir pada 31 Desember 1941 di Glasgow, Skotlandia. Ia membawa MU meraih dua kali juara Liga Champions, 13 gelar Liga Inggris (Premier League) dan lima Piala FA.

Prestasi puncaknya dicapai pada 1999 ketika United menjadi juara Liga Champions, Liga Inggris dan Piala FA.

Ia juga dianugerahi gelar kebangsawanan atas jasanya bagi kemajuan sepak bola Inggris di tahun yang sama. Sebelum bergabung bersama dengan United, ia memimpin Aberdeen menyabet tiga gelar Liga Skotlandia dan satu piala Winners, memutus dominasi dari raksasa-raksasa sepak bola Skotlandia, Rangers dan Celltic.

Ia tampil bermain di Skotlandia bersama Queens Park, St Johnstone, Dunfermline, Rangers, Falkirk dan Ayr United.

Meniti karier sebagai manajer di Skotlandia di East Stirlingshire, St Mirren dan Aberdeen. Ia juga ditunjuk sebagai manajer sementara timnas Skotlandia di Piala Dunia 1986 sebelum bergabung ke United.

Ferguson merapat ke old Trafford sejak 6 November 1986, setelah Ron Atkinson dipecat. Ia memimpin mereka lolos dari zona degradasi. Kalau saja United tidak memenangi Piala FA pada 1990, ia dipecat.

Pada 2002, ia mengumumkan niat untuk mengundurkan diri sebagai manajer United, meski ia akhirnya berubah pikiran.

Pada Desember 2010, ia melewati rekor Sir Matt Busby yang telah 24 tahun menjadi manajer terlama dalam sejarah United. Ia mengakhiri musim kompetisi dengan mempersembahkan kenangan manis dengan memberi gelar Liga Inggris.

Ferguson menyukai balapan kuda. Ia menikah dengan Cathy Holding pada 1966, dan punya tiga putra, yakni Mark, Darren dan Jason.      

Alex Ferguson Quote


Quote from Jose Mourinho

Sometimes you see beautiful people with no brains. Sometimes you have ugly people who are intelligent, like scienties.

Jose Mourinho

Rabu, 03 Juli 2013

Pentingnya Layanan

Jika Anda memperlakukan karyawan dgn benar maka mereka akan memperlakukan customer dgn benar pula. Jika pelanggan diperlakukan dgn benar, mereka akan kembali.

JW Marriot

Selasa, 02 Juli 2013

BERJALAN DAN BERHENTI

Seorang penyanyi terkenal. Suatu saat ketika didatangi dan diayu-ayukan oleh para pengagumnya, berkata dengan nada pahit; Ketika aku masih muda, saya berusaha keras mendaki puncak karierku. Saat itu aku seperti layaknya seekor kuda yang sedang menempuh jalur perlombaan; tak ada sesuatu yang lain yang mampu menarik perhatiannya kecuali garis finish.

Melihatku yang sedemikian sibuk, nenekku memberikan nasihat; "Anakku, jangan berjalan terlalu cepat. Karena sepanjang jalanmu ada banyak pemandangan menarik."

Namun aku tak pernah mendengarkan kata-katanya. Dalam hatiku aku berpikir, bila seseorang telah melihat secara jelas arah perjalanannya, mengapa harus menyia-nyiakan waktu untuk sekedar berhenti sejenak? Dengan pikiran yang demikian, aku terus berlari ke depan. Tahun silih berganti dan saya memperoleh kedudukan, nama serta harta yang aku idam-idamkan sejak lama. Aku juga memiliki sebuah keluarga yang amat saya cintai. Namun aku tak pernah merasa bahagia. Aku heran dan terus bertanya, di manakah letak kesalahannya sehingga aku tak bahagia?.

Setelah diam cukup lama, penyanyi itu melanjutkan, Suatu saat, kelompok musik kami ikut pentasan di luar daerah. Akulah penyanyi utamanya. Setelah selesai pentasan, semua yang hadir bertepuk tangan bersorak-sorai tanpa henti. Pentasan saat itu sangatlah berhasil. Namun saat orang sedang bersorak-sorai itulah aku dilanda kesedihan mendalam. Seseorang memberikan telegram kepadaku yang dikirim oleh isteriku. Anak kami yang keempat baru saja dilahirkan. Setiap kali anak-anakku dilahirkan saya selalu berada jauh dari isteriku, cuma dialah yang harus menanggung beban penderitaan seorang diri. Aku tidak pernah melihat bagaimana anak-anakku mulai membuat langkah pertama, belum pernah mendengar bagaimana mereka tertawa atau menangis. Aku hanya mendengar semuanya itu dari cerita ibunya. Kata-kata nenekku kini terngiang lagi di telingaku.... Sungguh, aku telah kehilangan banyak teman, sudah lama aku tak pernah menyentuh buku-buku, dan serasa hampir seabad aku tak pernah menikmati indahnya bunga yang sedang mekar di taman atau hijaunya pohon-pohon serta merdunya kicau burung. Aku terlampau sibuk!!!!!.


===========
Seorang bijak berkata; "Kita tak dapat hidup hanya dengan berpikir tanpa bekerja. Namun hidup ini menjadi amat tak berarti bila kita bekerja seperti sebuah mesin yang bergerak tanpa henti." Kita butuh waktu luang untuk menilai kembali masa silam, serta menentukan arah masa depan yang baru.

Ketika berjalan, kita mengarah ke suatu tujuan tertentu. Ketika berhenti kita memupuk tenaga baru untuk memulai perjanan baru.

Sent from my HinoBerry®
powered by HINO GENUINE PART