Sabtu, 31 Oktober 2015

Bekerja dengan Efektif



Dalam sebuah seminar di Bank milik BUMN saya ditanya oleh salah seorang eksekutifnya. 'Pak Paulus, apa Bapak pernah diajak 'meeting' Pak Prijono (Presdir Astra) setelah jam 7 malam?' tanyanya dengan mimik serius. 'Hah, di atas jam 7 malam?' saya terkejut mendengar pertanyaan itu. 'Lho kok kaget, pernah atau sering Pak,' tanya si eksekutif lagi. 'Selama tiga tahun di bawah Pak Pri, saya belum pernah sekali pun diajak 'meeting' mulai jam 7 sore apalagi jam 7 dan di atasnya,' kali ini saya menjawab juga dengan mimik serius.

'Bapak biasanya pulang jam berapa dari kantor?' tanya eksekutif yang lain. 'Kalau dari Sunter -kantor pusat Astra- saya umumnya pulang jam 5.30 pm. Jam segitu sudah sepi di lantai 6-lantai khusus direksi. Kalau dari Kuningan -kantor Astratel- saya pulang jam 6-6.30 pm. Sekitar jam 7-7.30 pm biasanya sudah sampai rumah. Tentu kecuali ada 'dinner' atau acara lain bersama mitra lain,' saya menjawab dengan santai.

Kali ini, kedua eksekutif tadi berpandangan mata. 'Pulang jam 5.30 pm tapi profit Astra 19,4 Trilliun ya. Kita pulang tengah malam kadang subuh tapi profit masih jauh dibandingkan Astra. Apa yang salah dengan kita,' keduanya terbahak. 'Kali kalau Presdir dan eksekutif Astra pulangnya kayak eksekutif kita, profitnya jadi 25 T kali ya,' yang satu kembali berceloteh.

Kali ini saya sambar: 'Kalau cara kerja petinggi Astra meeting mulai jam 9 malam dan kadang jam 11 malam kayak boss Anda, saya yakin profit Astra tinggal 10 T. Karena semakin malam semakin tidak produktif dan isinya cuman marah-marah melulu karena tensi sudah tinggi dan tidak bisa memikirkan hal strategis di tengah otak yang sudah lelah dan badan yang sudah payah. Makanya lebih baik berangkat kantor pagi pulang sore dibanding berangkat siang pulang malam hari,' tanpa sadar saya mulai berkotbah.

Ternyata pertanyaan guyonan di tengah rehat kopi di seminar tersebut adalah pertanyaan serius yang dialami oleh banyak eksekutif dan staf muda yang sudah menyadari pentingnya 'Balance of Life.' Mereka sudah mulai menggerutu dan tidak 'menyenangi' kerja rodi, di kantor sampai malam karena menunggu giliran bertemu atau rapat dengan boss. Mereka ingin 'fun' dan sosialisasi dengan mitra di tempat santai atau bahkan sudah banyak yang ingin makan malam dengan keluarga, sudah jengah dan bosan terus-menerus bergulat dengan pekerjaan kantor.

Sialnya, mungkin kata ini terkalu kasar, banyak petinggi yang sukses selalu mengkaitkan kesuksesannya dengan kerja keras dalam arti kerja 'long hour' dan lembur dengan ukuran 'simple'nya pulang malam. Pulang di bawah jam 9 malam menunjukkan kurang dedikasi dan kerja keras.

Bahkan ada yang bangga, apalagi ini 'founder' atau pemilik perusahaan, dengan gaya kerja kalong ini. Pertemuan jam 11 malam bahkan jam 1 pagi sering diceritakan ke sahabat dan pekerja untuk menunjukkan bagaimana ia meraih sukses dengan kerja keras seperti itu. Plus, sabtu minggu pun ia masih sering mengajak stafnya 'meeting' atau rapat penting. Kalau semua berkumpul dengan tepat, ia membanggakannya dengan berceloteh 'Ini adalah simbol kerja keras kalian, saya sangat menghargai kalian yang mau mengorbankan waktu libur untuk perusahaan,' ujar sang pemilik dengan senyum.

'Kalau menurut Pak Paulus, bagaimana sebaiknya? Apakah kerja seperti itu perlu dilestarikan?' Kali ini yang bertanya adalah cucu konglomerat yang sudah mulai berani 'mbalelo' terhadap ayahnya dengan tidak mendukung pulang pagi dan rapat di hari Sabtu Minggu.

Bagi saya sederhana saja. Karyawan normal, artinya yang kerja di siang hari tanpa kerja shift atau pekerjaan khusus yang menuntut kerja malam pulang pagi, seharusnya bekerja mengikuti jam alam yang normal. Kerja jam 8-6 sore sudah lebih dari cukup. Yang penting bukan lamanya, tapi intensitasnya. Banyak yang berlama-lama karena sekedar pulang malam agar dianggap kerja keras padahal kerjanya cuman ngobrol dan main 'facebook'an.

Semakin efektif menggunakan waktu dan resources yang ada, eksekutif harusnya semakin senggang. Semakin ia membutuhkan waktu lebih dari 12 jam sehari mengerjakan pekerjaan kantor, saya mempertanyakan efektivitasnya dalam menggunakan sumber daya yang ada. Ia memiliki staf, pembantu dan advisor yang seharusnya bisa membantu meringankan pekerjaannya. Kalau sampai lebih dari 14 jam sehari, saya memastikan ada yang salah dalam desain pekerjaan yang harus dilakukannya. Artinya mungkin, ia harus menyerahkan bukan hanya mendelegasikan ke orang lain agar ia bisa berfokus pada 'main job' nya.

Lebih tragis lagi, kalau eksekutif yang sudah 'burn out' seperti ini mengajak anak buahnya ikut menemami 'burn out' nya. Diminta pulang malam, dan Sabtu Minggu waktu keluargapun masih sering dirampok. Saya kira, kalau ada yang model begini, ia harus belajar lagi soal 'time management' dan terutama belajar 'menghargai' bawahan yang punya keinginan dan kepentingan privasi untuk hidup bersama keluarga dan koleganya. Kalau boss sudah tidak menghargai orang lain yang tidak memiliki konsep kerja seperti dia dan memaksakan kehendaknya agar semua mengikutinya, ia adalah model pimpinan yang menganggap bawahan adalah 'resources' bukan 'human'. Ia perlu membaca lagi buku  'Lead to Bless Leader' agar mengerti kebutuhan dasar manusia sebagai 'human'.

'Pertanyaannya Pak, kalau kondisi di kantor saya seperti itu. Saya berangkat pagi dan pulang minimal jam 11 malam setiap hari bahkan setidaknya dua kali sebulan Sabtu Minggu pun diajak rapat sama boss, apa yang mesti saya lakukan,' tanya rekan saya yang lain.

'Kalau mau sehat jasmani rohani, sehat hubungan dengan keluarga dan komunitas dan bahagia, saya sarankan kirimkan CV ke tempat lain,' saya menjawab dengan tegas. Kali ini ia yang menyeringai karena gajinya terlalu besar walaupun dengan kerja rodi seperti itu.

'Nah, itu soal pilihan hidup,' kali ini saya mulai berfilsafat. 'Anda mau menyesal di kemudian hari karena hubungan dengan istri, anak dan keluarga menjadi dingin. Atau sebaiknya Anda korbankan gaji yang tinggi dengan mendapat pekerjaan yang lebih wajar dan boss yang memperlakukanmu sebagai manusia bukan sumber daya. 'The choice is yours. Control your destiny or your boss will,' saya menutup perbincangan malam ini sambil pamit undur diri karena waktu sudah jam 6.30pm. Itu berarti jam pulang.

Pertanyaan buat pembaca, Anda pilih yang mana? Pergi pagi pulang sore atau pergi siang pulang tengah malam atau pergi pagi pulang pagi lagi? Yang sudah salah kaprah, jujurlah pada diri sendiri apakah kehangatan rumah tangga bersama istri dan anak masih sama atau sudah mulai mendingin? Kalau sudah mulai berubah negatif, 'it is the time to choose my friend.'

Sabtu, 24 Oktober 2015

Kepercayaan atau trust sebagai kunci sukses team Anda

Trust your coach. Trust your team. Trust yourself.

Saya memperhatikan organisasi dalam sebuah perusahaan. Ada yang Departemennya jalan dengan baik sehingga pekerjaan bisa dilakukan dgn cepat walaupun jumlah orang tidak begitu banyak.

Tetapi departemen satunya berjalan lamban. Setiap persoalan tidak pernah selesai sehingga pekerjaan menjadi menumpuk.

Pertanyaannya adalah bagaiman bisa terjadi? Bukankah masing2 departemen sudah punya leader dan juga anak buah. Tapi hasilnya, ternyata sangat berbeda.

Menurut saya, dalam sebuah organisasi perlu dituntut rasa SALING PERCAYA. 
1. Karyawan harus percaya diri bahwa dia mampu dan bisa menjalankan tugasnya. Kepercayaan diri inilah yang membuatnya bekerja dengan baik dan cepat.
2. Percaya dengan team. Karyawan dituntut untuk saling oercaya dgn rekan kerjanya. Tidak ada iri atau saling menjatuhkan. Tapi bangunlah sikap dalam team yg sal8ng mendukung, mau berbagi pengetahuan dan juga sikap saling membantu.
3. Percayalah pada pimpinan. Karyawan percaya dgn kemampuan anda memimpin. Mereka tahu akan dibawa kemana organisasi ini. 

Dengan menjadikan sikap saling kepercayaan maka bersiaplah team anda menjadi team pemenang.

Berdoalah dalam setiap persoalan

Do not pray for an easy life; pray for the strength to endure a difficult one.

Tantangan dalam pekerjaan kadang membuat ciut nyali kita. Bahkan seringkali kita menolak jika diberi pekerjaan baru atau pekerjaan yang bukan menjadi tanggungjawabnya.

Penolakan tsb seringkali karena kita merasa tidak mampu. Takut gagal. Bahkan takut di luar zona nyaman.

Harus kita sadari bahwa kita punya Allah yang luar biasa. Yang berkuasa atas hidup manusia. Tidak ada persoalan yang tidak bisa dipecahkan.

Kita hanya dituntut untuk berlutut...merendahkan hati....berdoa...biarlah dalam ketidakmampuan kita dalam pekerjaan, Tuhan berikan kuasaNya. Tuhan mampukan kita untuk mau dirubah. Mau keluar dari Zona Nyaman.

Mari gunakan waktu kita untuk berdoa....dalam segala hal...tidak hanya pada saat kita memiliki peraoalan tapi juga ketika kita sedang bahagia. Dan itulah yang seering kita lakukan. Lupa berdoa..lupa berserah ketika dalam suasana happy.

Arti Sukses Seorang Pemimpin

Success is not counted by how high you have climbed but by how many people you brought with you. - Wil Rose

Banyak orang mengartikan sukses. Karir yang semakin meningkat....pendapatan yang bertambah....tapi bagaimana dalam sebuah organisasi. Apa peran sukses Anda terhadap anak buah.

Apakah promosi yang Anda dapatkan dengan cara menekan anak buah sehingga mereka takut untuk bertemu. Bahkan dalam rapat, anda sendiri yang mendominasi pembicaraan.

Kondisi ini banyak dialami dalam bernahai perusahaan. Hubungan antara atasan dan bawahan menjadi tidak harmonis. Mungkin secara kasat mata atau dari luar tampak tidak bermasalah.

Tapi, cobalah Anda bertemu secara pribadi. Bagaimana situasinya...apa peran Anda yang dibutuhkan. Seringkali seorang atasan lebih memaksakan ide atau perintahnya tanpa menanyakan apakah bisa dilakukan atau tidak. Bahkan dengan dead line yang sangat mepet.

Hal ini yg menjadikan anak buah menjadi stress. Sebisa mungkin akan menjauhbdari Anda agar terhindar dr pekerjaan baru.

Menjadi seorang pemimpin, maka Anda dituntut untuk bisa membawa anak buah ke level yg lebih tinggi. Membawa harapan bahwa divtangan Anda, mereka bisa menjadi orang sukses.

Pemimpin sekarang dituntut untuk mwndapatkan follower yang banyak tapi dgn suka rela, tidak ada paksaan. Mereka merasa nyaman bekerja sama dengan Anda. Mereka enjoy...bisa mengemukakan idenya ....

Bagaimana dengan Anda.......sudahkan menanyakan kepemimpinan Anda pada anak buah?.....bawalah mereka menjadi pribadi2 yang siap untuk menggantikan Anda....

Selasa, 20 Oktober 2015

Jual perlengkapan HP

đŸ‘ČA Liong pergi ke Glodok Pancoran, toko perlengkapan sembahyang Cheng Beng.

Dia lihat ada iPhone kertas buat bakaran sembahyang, tapi ragu untuk membeli.

Maka bertanyalah Α Liong kepada A Cuan, pemilik toko.

Α Liong: "Koh, apa mereka bisa pakai iPhone di sana?"😒

A Cuan: "Haiyaaa.. Ya wasti bisa lah !
Kan Steve Jobs uda belangkat duluan ke sana ngajalin hopeng²..." 😉

Lalu A Liong jadi beli iPhone kertas.

A Cuan: "Sekalian Bluetuth nya, lagi lame disana"

A Liong ragu... Setelah dipikir2, akhirnya jadi beli juga.

Sebelum pulang, A Liong dicegat.

A Cuan: "Haiyaa lu pelu Powel bank juga, sapa tahu di sana iPhone lagi lo-bett loo...."

A Liong mulai sebel, tapi akhirnya beli juga semuanya... iPhone, Bluetooth dan Power Bank kertas.

Sebelum keluar toko dia minta kartu nama A Cuan si Pemilik Toko.
Waktu diberi satu, A Liong minta sekotak!

A Cuan: 😟 "Lhoo, wuat apa, ?"

A Liong: đŸ‘Č "Nanti wa bakar kartu nama engkoh semua.. Jadi kalau temen-temennya ada yang tanya beli dimana bisa menghubungi situ, and kalo ada yg rusak ato ga bisa dipake, mereka bisa hubungi engkoh langsung.. Kalo masih gak beres juga, paling engkoh diminta kesana untuk benerin...."

A Cuan :  😡 "kwetiau, puyunghai, capcay, balongsay luu, ngomong sembalangan"
😄😄😄

Motivasi: pelajaran dari kata positip

KIND WORD
GREAT MOTHER
-------------                 
Suatu hari seorang anak laki-laki pulang sekolah memberikan Sepucuk Surat tertutup kpd mamanya dari Kepala Sekolah.

Anak : Mama, Kepala Sekolah Memberi Surat ini kpd Saya, dg pesan Agar tdk membuka dan Hanya Mama yg boleh buka atau membacanya.

Sang Mama Membuka dan Membaca Surat dimaksud dg Airmata berlinang. Namun dg Bijak selesai membaca sang Mama membacakan untk anaknya :

"Anak Kamu terlalu Jenius. Sekolah ini Terlalu Sederhana. Tdk Cukup Guru yg Baik dan Hebat di Sekolah kami, utk Melatih Dia. Ajari dan latih sendiri anak Anda secara Langsung."

Tahun demi Tahun berlalu. Sang Anak terus tumbuh dan berkembang. Seiring waktu, sang Mama/Ibu sdh pula Meninggal/Tiada.

Suatu ketika, Anak laki-laki yg sudah dewasa itu, Menemukan kembali Surat yg dulu Dibacakan sang Mama kpdnya.

Diambilnya Surat dari Dalam Laci Meja Mamanya.
Diapun Membuka dan Membaca surat itu dg tangan bergetar. Berbeda dg apa yg didengar dari Mamanya saat dia masih Kecil dulu :

"Anak Kamu Punya masalah Kejiwaan. Kami tidak Mengizinkan Lagi Dia datang Ke Sekolah ini selamanya".

Anak itu, adlh Sang Penemu Hebat Sepanjang Masa. Dialah, Thomas Alva Edison.

Dia Menangis berjam-Jam, usai membaca Surat itu, lalu Menulis dlm Buku Hariannya : "Thomas Alva Edison, adalah Anak Gila. Hanya oleh krn Seorang Pahlawan, krn Mama, Saya Diubahnya Menjadi Sang Jenius Sepanjang Masa".

Pesan Moral :

(1) Sejarah membuktikan ttg kesaktian, kehebatan dan Peranan/Pengaruh seorang Ibu/Mama thd Anaknya

(2) Sejarah juga membuktikan kesaktian dari sebuah kata atau ucapan thdp psikologi dan Mental Anak-anak.

(3) Perkataan yg Buruk, sangat ampuh Merusak Moral & Mental Seseorang, apalagi diucapkan oleh Ibu yg buruk pula.

(4) Perkataan yg Baik dapat Memotivasi dan Menginspirasi (Merubah) Seseorang untuk Menjadi yg Terbaik, apalagi oleh Ibu yg tulus, penuh Kasih dan bertangan dingin mengelola Keluarga. ...👍🙏

Minggu, 11 Oktober 2015

Rick Caruso: Sang miliarder pusat perbelanjaan

Ada benarnya anggapan bahwa pebisnis properti pasti kaya raya. Maklum, tanah ciptaan Tuhan terbatas padahal jumlah manusia terus berkembang biak. Kaya raya dari bisnis properti juga dialami Rick Joseph Caruso. Pria kelahiran Los Angeles ini menyandang predikat miliarder karena memiliki pundi-pundi harta mencapai US$ 3,5 miliar. Harta berlimpah ini bersumber dari bisnis properti yang dia bangun di bawah bendera Caruso Affiliated yang berjaya di Los Angeles.  

Di kalangan kaum jetset Los Angeles (LA), Amerika Serikat (AS), nama Rick Joseph Caruso sangat populer. Dia tersohor sebagai miliarder pemilik pusat perbelanjaan paling beken di LA, yakni The Grove dan The Americana at Brand.

Dua ikon pusat perbelanjaan tersebut hanyalah segelintir dari tentakel bisnis Caruso sesungguhnya. Dia merupakan pendiri Caruso Affiliated, sebuah perusahaan real estate terintegrasi.

Berdasarkan catatan Forbes, pria berusia 56 tahun ini memiliki kekayaan mencapai US$ 3,5 miliar. Tumpukan harta ini menempatkan dirinya masuk daftar 400 orang miliarder AS tahun 2015.

Ibarat pepatah buah jatuh tak jauh dari pohon, jiwa bisnis Caruso mengalir dari darah sang ayah, Henry Caruso. Henry merupakan pendiri jaringan bisnis rental mobil Dollar Rent A Car.

Meski terlahir dari ayah yang kaya raya, harta Caruso tak mengandalkan warisan bisnis. Caruso terjun ke dunia bisnis atas inisiatifnya sendiri. Sebab, latar belakang pendidikan sebagai sarjana hukum dari University of Southern California dan Pepperdine University School of Law membawanya menekuni profesi sebagai pengacara di awal karier.

Yang unik, justru profesi kuasa hukum yang membawa Caruso  bertemu peruntungan sebagai pengusaha properti. Kala itu, Caruso bekerja sebagai pengacara yang mewakili pengembang properti Finley Kumble.

Sejumlah kasus properti yang dia tangani membuatnya tertarik terjun mencicipi legitnya bisnis properti. Pada tahun 1992, Caruso bertekad bulat hengkang dari dunia hukum dan beralih profesi menjadi pebisnis properti.

Sejak berhenti sebagai pengacara, Caruso telah menghabiskan banyak waktunya atau sekitar 15 tahun, mengembangkan kawasan industri di California. Salah satu kawasan yang paling menghasilkan untung adalah Los Angeles.

Selain mengembangkan kawasan pusat perbelanjaan The Grove dan The Americana at Brand, beberapa proyek yang juga tak kalah sukses adalah Commons, Promenade dan Marina Waterside.

Kesuksesan Caruso tidak serta merta membuat nama Caruso tersohor. Maklum, kebanyakan penghuni Los Angeles orang berduit. Nama Caruso populer lantaran dia juga terlibat aktif di panggung politik Los Angeles.

Saat masih berusia 25 tahun atau  pada tahun 1985, Caruso ditunjuk Walikota Los Angeles Tom Bradley untuk mengisi kursi Komisaris Departemen Air dan Tenaga Listrik. Kala itu, Caruso menjadi salah satu komisaris termuda dalam sejarah kota Los Angeles.

Di lain kesempatan, tepatnya pada tahun 2011, Caruso kembali diberikan amanat oleh Walikota James K. Hahn untuk menjabat posisi Dewan Komisaris Kepolisian Los Angeles. Di posisi ini, Caruso memimpin proses seleksi yang menghasilkan mantan kepala polisi New York William Bratton sebagai kepala polisi Los Angeles.

Caruso juga merupakan anggota Komisi Los Angeles Memorial Coliseum yang bertugas mengawasi salah satu stadion bersejarah dan tertua di Los Angeles. Terlepas dari predikat pebisnis dan jabatan politik, Caruso juga tersohor sebagai seorang dermawan yang murah hati.

Dia merupakan dewan pengawas Para Los Ninos, lembaga nirlaba yang fokus memperhatikan kesejahteraan keluarga dan anak di Selatan Los Angeles. Organisasi ini merupakan partner strategis yayasan amal miliknya dan istri yang bernama Tina and Rick Caruso Child Development Center.

Caruso juga dikenal di kalangan dunia pendidikan karena menjabat dewan pengawas University of Southern California, Pepperdine School of Law Board of Visitors dan Ronald Reagan Presidential Foundation.         

Sabtu, 10 Oktober 2015

Anak Tukang Sampah Bikin Haru Jagat Sosmed



Dulu, dia merasa malu karena sang ayah hanya tukang sampah. Dia bertanya kenapa sang ayah bukan tentara seperti ayah teman-temannya. Namun kini dia bersujud di bawah kaki sang ayah. Sadar.

 Ini kisah inspiratif dari Klanarong Srisakul. Pemuda yang baru lulus dari Universitas Chulalongkor, Thailand. Srisakul menulis kisah ini pada halaman Facebook.

Dikutip Dream dari Asia One, dulu Klanarong merasa malu dengan pekerjaan sang ayah, yang hanya seorang tukang sampah.

"Saat saya masih muda saya malu dengan kondisi ayah saya. Saya bertanya mengapa ayah saya tak mengenakan seragam keren seperti ayah teman-teman saya yang menjadi tentara, polisi," tulis Klanarong.

Ya, sang ayah memang hanya sopir truk sampah. Sehari-hari hanya bergulat dengan sisa-sisa bahan makanan maupun barang-barang rumah tangga. Karib dengan bau busuk dan pakaian yang kotor.

Namun seiring waktu berjalan, Klanarong akhirnya sadar. Dia sadar setelah sang ayah berkisah tentang perjalanan hidupnya. Dari cerita itu, L;anarong tahu bahwa sang ayah berhenti sekolah saat berada di kelas 4.

"Dan dia memberi tahu saya bahwa mimpinya adalah melihat anaknya bersekolah," tambah Klanarong.

Kisah itulah yang membuat hati Klanarong semakin luluh. Dia kemudian berusaha keras untuk meraih mimpi dengan melamar menjadi tentara, namun gagal.

"Saya pikir ayah saya tidak menangis, tapi kemudian saya ketahui bahwa dia diam-diam menangis."

Klanarong lagi-lagi melihat perjuangan sang ayah untuknya. Saat pengumuman hasil ujian masuk universitas diumumkan. Saat itu, sang ayah rela cuti untuk melihat pengumuman penerimaan mahasiswa baru untuk Klanarong.

"Ayah saya kembali menumpahkan air matanya. Ini saat yang membanggakan untuk keluarga kecil kami," tambah Klanarong.

Perjuangan dan pengorbanan sang ayah telah membuat Klanarong kehabisan kata-kata. Dia menyesal telah merasa malu dengan kondisi sang ayah. Dan kini, Klanarong telah lulus dari universitas paling sohor di Negeri Gajah Putih itu.

"Sekarang, saya ingin berterimakasih kepada ayah karena telah menjadi dirinya sendiri dan untuk semua bantuannya. Terimakasih untuk lelah, airmata, dan masa-masa bersama yang tidak menyenangkan."

Dan setelah lulus itu, Klanarong bersujud di bawah kaki sang ayah. Di depan truk sampah yang dulu membuatnya malu. "Sekarang, saya ingin ayah bahagia dengan keberhasilan kami. Ayah tidak boleh merasa malu lagi, sebab ayah adalah ayah nomor satu. Saya bangga kepadamu," tulis Klanarong.

Kisah ini juga diunggah oleh Bangkok Post ke Fanspage Facebook. Dan terang saja, banyak pengguna Facebook yang merasa terharu dengan kisah Klanarong ini.

"Kisah ini membuatku bersemangat dan aku ingin menjadi seperti ini di masa mendatang," demikian tulis pengguna Facebook, Ali Moh. Selain itu, banyak netizen yang trenyuh. "Saya hampir menangis, terimakasih atas kisahmu," tulis Suchon Sungthong.

Kisah Jendral Teladan

Dia tak marah pada polisi itu. Atau menggunakan kekuasaannya supaya lolos dari jerat hukum. Padahal dia pemimpin dari seluruh prajurit angkatan darat.

Dalam beberapa kali terjadi bentrok antara anggota TNI dan polisi. Belakangan diketahui pemicunya berawal dari pelanggaran lalu lintas.

Sebagai aparat mereka tak terima ditegur. Sampai akhirnya berujung keributan hingga bawa-bawa senjata.

Agar peristiwa seperti itu tak terulang lagi, ada baiknya mengetahui cerita teladan yang diberikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mayor Bambang Soegeng.

Meski menjadi orang nomor satu di TNI AD, Bambang Soegeng manut saja ketika dihentikan polisi di jalan raya.

Bambang Soegeng memang hobi naik sepeda motor. Ceritanya tahun 1952, sang Jenderal sedang berada di Yogyakarta. Dia meminjam motor milik Haryadi, seorang pelukis. Melajulah Bambang dengan motor keliling Yogyakarta.

Begitu sampai di Perempatan Tugu, yang mengarah ke jalan Malioboro, ada lampu lalu lintas yang menyala kuning. Dia menyangka habis lampu kuning pasti lampu hijau, Bambang pun tancap gas. Tahunya malah lampu merah yang menyala.

'Pritt!' seorang polisi menyetop Bambang yang saat itu berpakaian sipil alias tak pakai seragam.

Bambang berhenti. Polisi itu menasihati panjang lebar soal peraturan lalu lintas. Dia kemudian meminta SIM milik Bambang.

Tapi betapa terkejutnya polisi itu saat melihat SIM. Pria di depannya adalah Kepala Staf TNI AD Jenderal Mayor Bambang Soegeng --saat itu TNI AD masih dipimpin jenderal bintang satu dengan pangkat jenderal mayor.

"Siaap Pak!" si polisi langsung berdiri tegak memberi hormat. Merasa tegang mengetahui baru saja mau menilang Kasad.

Namun dengan bijaksana Bambang Soegeng mengaku salah. Dia tak marah pada polisi itu. Atau menggunakan kekuasaannya supaya lolos dari jerat hukum. Padahal dia pemimpin dari seluruh prajurit angkatan darat.

"Memang saya yang salah. Saya menerima pelajaran dari Pak Polisi," kata Bambang Soegeng.

Kisah ini dimuat dalam buku Panglima Bambang Sugeng, Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949. Buku tersebut ditulis oleh Edi Hartoto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2012.

"Hal itu masuk berita di koran Yogya, keesokan harinya saya berkesempatan membacanya," kata Putra Bambang Soegeng, Bambang Herulaskar soal kasus Kasad disetop polisi tersebut.