Jumat, 15 April 2011

LEON COOPERMAN: Anak tukang ledeng yang kuasai pasar investasi AS


Terlahir dari keluarga yang bekerja sebagai tukang ledeng di Amerika Serikat, Leon Cooperman berhasil menjadi miliarder dengan kekayaan mencapai US$ 1,5 miliar. Setelah lepas dari bangku kuliah, ia bekerja di perusahaan pengelola aset, Goldman Sachs selama 25 tahun. Dia pernah menduduki posisi puncak di perusahaan tersebut sebelum kemudian memutuskan keluar dan mendirikan Omega Advisors dengan dana kelolaan mencapai US$ 2,5 miliar.

Leon Cooperman adalah pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Omega Advisors Inc. Walau terlahir sebagai anak seorang tukang ledeng di Bronx Selatan, New York, Amerika Serikat (AS), Cooperman mampu menjadi salah satu orang terkaya dunia. Tahun lalu, Majalah Forbes menempatkan pria berusia 67 tahun ini sebagai orang ke-655 paling kaya di muka bumi dengan total kekayaan mencapai US$ 1,5 miliar.

Perjalanan karier Cooperman cukup panjang. Setelah lulus kuliah pada tahun 1965, ia bekerja sebagai salah satu tenaga kontrol kualitas Xerox. Di masa itu, dia juga berhasil menyelesaikan studi S2-nya dan memperoleh gelar MBA dari Columbia Business School. Dengan gelar tersebut, sehari setelah lulus Cooperman bergabung dengan perusahaan manajemen aset, Goldman Sachs. Ia langsung menduduki jabatan kepala peneliti investasi.
Di Goldman Sachs, Cooperman menghabiskan 25 tahun hidupnya sebagai pekerja. Di perusahaan ini, kariernya terus menanjak. Setelah menghabiskan waktu selama 22 tahun di Departemen Riset Investasi Goldman Sachs, dia ditujuk sebagai Wakil Ketua Komite Kebijakan Investasi dan Ketua Panitia Seleksi Efek. Ia juga pernah menduduki posisi sebagai chief investment officer bagian produk ekuitas.

Pelbagai jabatan strategis lain pun pernah dia sandang saat bekerja di Goldman Sachs. Ia terpilih sebagai orang nomor satu dalam hal strategi pemilihan portofolio di seluruh Negeri Paman Sam. Cooperman juga pernah menjabat sebagai Ketua Komite Audit, Anggota Komite Eksekutif, serta Anggota Komite Nominasi dan Tata Kelola Perusahaan. Dia juga pernah duduk di kursi Presiden New York Society of Security Analysts.

Di organisasi sosial kemasyarakatan, Cooperman pernah menjabat sebagai Ketua Pembangunan Rumahsakit Yayasan Saint Barnabas. Cooperman juga menjadi anggota Dewan Direksi Dana Penelitian Kanker di Yayasan Damon Winchell Wunyon-Walter. Tak hanya itu, ia juga Anggota Dewan Pengawas di Columbia University Graduate School of Business dan anggota Komite Investasi di Museum of Modern Art di New York.

Posisi puncak Cooperman sebagai Chairman dan CEO Goldman Sachs Asset Management dicapai pada tahun 1989. Namun, setelah berhasil menduduki posisi puncak, pada akhir 1991 ia memutuskan keluar dari Goldman Sachs dan mendirikan Omega Advisors. Dari perusahaannya inilah Cooperman berhasil mengembangkan kekayaan yang didapatkan sewaktu bekerja di Goldman Sachs selama 25 tahun.

Dengan latar belakang pekerjaan dan pengalamannya di Goldman Sachs, termasuk pendidikan jurusan Master of Business Administration Universitas Columbia‚ Cooperman berhasil menjadi pengusaha yang sukses. Perusahaannya dipercaya oleh investor sehingga Omega Advisors berhasil mengelola dana investasi hingga US$ 2,5 miliar.
Cooperman berharap Omega menjadi perusahaan investasi besar di Wall Street. Ia juga berharap perusahaannya mampu bertahan di tengah kondisi pasar yang sedang krisis.
Dengan kekayaan yang mencapai US$ 1,5 miliar itu, Cooperman saat ini ingin lebih berguna untuk masyarakat dunia. Ia mengatakan, dirinya ingin sekali menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk mereka yang kurang beruntung. "Mereka harus mengalami impian Amerika," katanya.

Untuk itu, Cooperman mengikuti jejak pengusaha AS lain Warren Buffett dan Bill Gates sebagai filantropi. Dengan keinginannya itu, dia menyatakan, akan menyumbangkan setengah kekayaannya untuk Yayasan Gates.

Tidak ada komentar: