Pembicaraan teman saya dgn OPA yg menatap kosong
Opa mulai bercerita tntg hidupnya sambil menghela napas panjang..
Sejak masa muda saya menghabiskan waktu utk terus mencari usaha yg baik utk keluarga saya, khususnya utk anak2 yg sangat saya cintai.. Sampai akhirnya mencapai puncaknya, kami bisa tinggal di rumah besar dgn segala fasilitas yg bagus.
Dmkn pula dgn anak2, mereka semua berhasil sekolah ke luar negeri dgn biaya yg tidak pernah di batasi.
Akhirnya mereka semua berhasil dlm sekolah, dlm usaha dan juga dlm berkeluarga.
Tibalah saatnya kami sbg orangtua merasa sdh saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami..
Tiba2 istri tercinta yg sll setia menemani sejak saya memulai kehidupan meninggal dunia krn sakit mendadak..
Sejak kematian istri, saya hanya tinggal dgn para pembantu..
Anak2 semua tdk ada yg mau menemani, mrk sdh mempunyai rumah yg besar2.
Hidup rasanya hilang, tiada lagi yg mau menemani saat saya memerlukannya..
Tdk sebulan sekali anak2 mau menjenguk atau memberi kabar melalui telepon..
Tiba2 si sulung datang mengatakan kalau dia akan menjual rumah saya krn selain tdk efisien juga saya dpt tinggal bersama nya.
Dgn hati berbunga saya menyetujuinya, saya tdk memerlukan rumah besar lagi tanpa adanya orang2 yg saya kasihi.
Stlh itu saya ikut dgn si sulung..Namun apa yg saya dapatkan?
Setiap hr mereka sibuk sendiri2 dan kalaupun ada di rmh, tak pernah sekalipun menyapa saya.
Semua keperluan saya pembantu yg memberi. Untung semenjak muda sy sll hidup teratur, meskipun sdh tua saya tdk pernah sakit2an.
Lalu saya berpindah ke rumah anak lainnya,
sambil berharap saya akan mendptkan sukacita di dlmnya, tapi rupanya sia2..
Yg lebih menyakitkan semua alat2 utk saya pakai mereka ganti.
Mereka sediakan peralatan dr kayu dgn alasan keselamatan saya, tp sebetulnya mereka takut kalau2 saya memecahkan alat mereka yg mahal.
Setiap hari saya makan n minum dari alat2 kayu atau plastik yg sama dgn yg mereka sediakan u para pembantu dan anjing mereka
Setiap hari saya makan n minum sambil me-ngucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal dgn si bungsu, anak yg sangat saya kasihi melebihi yg lainnya.
Karena dahulu dia adalah anak yg memberikan sukacita pd kami semua.
Tapi apa yg saya dapatkan? Stlh bbrp lama tinggal disana, si bungsu n istrinya mendatangi saya utk mengatakan bhw mrk akan mengirim saya tinggal di Panti Jompo dgn alasan spy saya punya teman berkumpul.
Mereka jg berjanji akan sll mengunjungi saya.
Sdh 2 thn berlalu tetapi tdk sekalipun mereka datang mengunjungi saya, apalagi membawa makanan kesukaan saya.
Hilang semua harapan ttg anak2 yg saya besarkan dgn segala kasih sayang dan kucuran keringat.
Saya bertanya2...
Mengapa kehidupan di-hari tua demikian menye-dihkan, padahal saya bukanlah orangtua yg me-nyusahkan anak2 saya.
SEMOGA KISAH NYATA INI MENJADI RENUNGAN BAGI KITA SEMUA : NIAT BAIK caranya harus baik HASIL BAIK.
Sent from Samsung Mobile.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar