Jumat, 13 November 2015

Aku MATI, Papa MENIKAH lagi?

Renungan by JuliantoSimanjuntak


Aku MATI, Papa MENIKAH lagi?
Pertanyaan  roswitha di atas sangat mengagetkan saya. Apalagi di tengah malam saat saya nyaris terlelap. *

Witha mengulang pertanyaannya: "Pa kalau aku mati kau Kawin lagi?"

Saya menjawab: "Iya, aku rasa menikah lagi..." (mungkin begitulah pikiran pria umumnya), lalu saya mencoba tidur kembali....

Tapi saya ternyata terusik dengan pertanyaan itu, dan mencoba bangun serta bersandar di dinding kamar.

Saya gantian bertanya: "Ma, kalau aku yang mati duluan, Mama Kawin lagi nggak?"

Wita dengan tegas menjawab: "Tidak. Aku akan jaga anak-anak saja. Tidak mudah bagi saya menikah lagi, mencari seperti kamu. Pa, satu yang aku pesan, kalau Papa nikah lagi, carilah yang sayang sama anak-anak"

Diskusi kecil ini betul-betul membuat prosesor otak saya mulai jalan kencang. Saya mulai tertarik memikirkan kematian.

Saya kemudian berkata: "Ma jangan dulu ganggu saya!"

Wita merespon: "kenapa pa?"

"Aku mau bayangkan dulu mama meninggal dunia" jawab saya.

Istri saya tersenyum kecut....

Saya memejamkan mata sambil bersandar di dinding kamar. Lalu mulai membayangkan istri saya seolah ada di peti mati, di rumah duka dan banyak orang melayat.

Hanya 20 detik, air mata saya mengalir, dan segera membuka mata dan berkata "Ma, janganlah kau mati dulu, aku belum siap..."

Saya pun kembali mencoba tidur dengan perasaan campur aduk. Baru sadar, bahwa selama ini saya tidak pernah mempersiapkan diri dengan baik jika pasangan dipanggil Tuhan. Bahkan kematian saya sendiri.

PERSIAPAN-PERSIAPAN MENUJU KEMATIAN

Kematian memang menyakitkan, terutama bagi yang ditinggalkan. Apalagi selama hidup ada hubungan batin atau kedekatan mendalam dengan yang dipanggil Tuhan. Sakit rasanya.

Namun bagi yang meninggal, bagi yang percaya itu adalah akhir perjalanan hidup yang membahagiakan. Sebab bisa bertemu dengan Tuhan sang Pencipta dan penyelamat hidup. Mati adalah keuntungan, demikian kesaksian rasul Paulus

Namun masalahnya tidak sampai disitu. Kita perlu ingat mereka yang kita tinggalkan. Merancang kematian yang membawa berkat (keuntungan) bagi yang kita tinggalkan.

Saat meninggal CV kita akan dibacakan, sebelum dibawa ke pemakaman. Apa cerita tentang kita selama hidup dipaparkan secara ringkas dalam curriculum vitae tadi. Kalau baik tentu membanggakan keluarga. Apa nilai, karya, tradisi hidup luhur yang kita wariskan padsa mereka yang kita tinggalkan.

Tentu sebelum dipanggil kembali ke rumah Bapa kita perlu:

Menyiapkan anak2 mandiri dan punya karakter baik. Termasuk pendidikan yg terbaik

Menjaga cara hidup dan kesehatan agar tidak merepotkan anak2 saat kita tua.

Menyiapkan finansial masa depan untuk diri kita sendiri, supaya tidak bergantung pada anak-mantu.

Kita juga menyiapkan tabungan untuk masa depan anak2. Selain itu menjaga kesaksian hidup, dan memiliki relasi yang baik secara sosial.

Ayah mertua saya Prof. Ndraha tahun 97 lalu lalu di hari natal keluarga memberi pesan yang mulia bagi anak dan mantunya

Dia mulai dengan bertanya: "apakah ada anak anak bapak yang membawa foto bapak di dompet kalian...?" 

......Ternyata tidak ada satupun dari ketujuh anaknya  yang membawa foto

Lalu Papa mulai memberikan nasehat:

" Oke, tak masalah jika kalian tidak membawa foto bapak. Kalian juga boleh lupa wajah bapak kalau aku sudah meninggal. Tapi ada satu yang tidak boleh kalian lupakan, wariskanlah nilai dan tradisi luhur yang bapak ajarkan kepada cucu cucuku. Kalau kalian lakukan itu barulah aku ini berhasil." Demikian pesan Alm Prof T Ndraha.

Secara fisik, saya dan istri sudah menyiapkan diri menyambut saat itu. Kami sudah membeli tanah kuburan,

Tak lupa saya pesankan pada kedua putra kami,  bila saya meninggal agar dituliskan di batu nisan " Di sini makam seorang konselor".

PENUTUP

Orang yang mempersiapkan kematiannya akan hidup dengan sungguh-sungguh dan bersemangat dalam bekerja, serta menginspirasi orang banyak.

Hiduplah hari ini seolah besok anda akan mati, demikian ungkap alm. Steve Jobs pendiri Apple.

Selamat mempersiapkan Kematian yang berguna, dan membawa manfaat bagi yang kita tinggalkan. Hidup berguna mati bahagia


Mempersiapkan kematian yang sukses (berguna) sama pentingnya dengan Mempersiapkan hidup  yang sukses~

Tidak ada komentar: