Senin, 22 Agustus 2016

Belkacem : kisah menteri hak-hak wanita Perancis

Gadis yg disebelah kiri mengiring domba di maroko, wanita yg disebelah kanan adalah gadis yg sama 20 thn kemudian sbg mentri pendidikan prancis. Jgn pernah berhenti bermimpi dan tdk pernah berhenti bekerja keras utk impian anda....
***
Catatan tentang Sang Menteri Belkacem french female warrior

Enerjik. Itulah gambaran sosok Najat Vallaud-Belkacem.  Dulunya, dia memakai baju seadanya dengan rambut dikucir ekor kuda, membawa tongkat, dan menggembalakan domba.  Sehari-hari dia adalah seorang gadis gembala di sebuah desa kecil di dekat Nador, Maroko.

Saat itu tidak ada yang menduga bahwa kehidupannya ketika dewasa akan berubah jauh lebih baik. Menjadi menteri pendidikan dan penelitian Prancis.

Tentu saja posisi itu tidak begitu saja datang dari langit. Belkacem berusaha ekstrakeras untuk meraihnya. Di kamusnya, tak ada yang tidak bisa diwujudkan. Dulu, ketika dia ingin berkuliah di Paris Institute of Political Studies, guru sekolahnya melarangnya mendaftar. Alasannya, sekolah itu mahal sekaligus susah untuk dimasuki. Namun, langkah anak kedua di antara tujuh bersaudara tersebut tak surut.

Belkacem tetap mendaftar, belajar mati-matian, dan akhirnya diterima. Dia juga harus bekerja paro waktu di dua tempat untuk membayar biaya kuliahnya. Di kampus itu pula, dia bertemu dengan Boris Vallaud yang kini menjadi salah seorang penasihat Presiden Prancis Francois Hollande. Mereka sama-sama aktif di Partai Sosialis. Keduanya menikah pada 27 Agustus 2005.

Jauh sebelum itu, Belkacem juga sudah terbiasa hidup keras. Saat berusia empat tahun, ayahnya memboyong dia, ibu, dan kakak tertuanya, Fatiha, ke Amiens, kawasan pinggiran Prancis. "Ayah saya tak punya masalah. Tapi, kami, saya, ibu, dan kakak, mati-matian beradaptasi dengan kehidupan baru," katanya seperti dikutip Vogue. Dia bahkan sempat terheran-heran saat melihat mobil. Hal langka di negara asalnya.

Belum lagi diskriminasi yang datang dari lingkungan sekitarnya. Bahkan saat dia sudah menjadi anggota parlemen di Rhone-Alpes. Dalam sebuah tulisan, Belkacem bercerita, waktu itu dirinya mengadakan perjamuan makan malam dan mengundang tamu yang belum terlalu mengenalnya. Ketika tamu itu datang, Belkacem menyambut dan membantunya melepaskan mantel. Tamu itu lantas bertanya di mana sang pemilik rumah.

"Hingga saat ini di Prancis, kalau ada perempuan dengan kulit berwarna yang membuka pintu rumah di kawasan mewah, selalu dianggap pembantu," tulis ibu si kembar Louis-Adel Vallaud dan Nour-Chloe Vallaud tersebut. Sejak saat itu, dia semakin mantap mengabdikan hidup untuk menghilangkan diskriminasi.

Sorotan terhadap karir gemilang Belkacem mulai terjadi saat Presiden Francois Hollande menunjuknya sebagai juru bicara pemerintah dan menteri hak-hak perempuan pada 16 Mei 2012. Beberapa bulan setelah itu, Hollande memberinya tanggung jawab untuk memerangi homofobia.

Belkacem menjabat menteri pendidikan dan penelitian pada 25 Agustus 2014, dua hari sebelum ulang tahun kesembilan pernikahannya. Penunjukan itu menjadikan dia sebagai menteri pendidikan termuda yang pernah dipunyai Prancis. Terpilihnya Belkacem seakan menjadi bukti bahwa seorang imigran juga bisa menjadi aset yang berharga bagi negara. Apalagi dia adalah seorang muslim.

Tentang Belkacem

Saat masih kanak-kanak, momen terbaik dalam hidupnya adalah ketika bibliobus (mobil perpustakaan keliling) menyambangi kawasan tempat tinggalnya. Sebab, dia bisa membaca beragam buku.

Memiliki dua kewarganegaraan. Salah satunya Maroko karena dia berasal dari sana. Selain itu, Prancis memberinya status warga negara saat masih kuliah.

Ia adalah Anak kedua dari tujuh bersaudara, Najat Belkacem lahir di negara Maroko padan 1977 di Bni Chiker, sebuah desa dekat Nador di wilayah Rif. Pada 1982 ia bergabung kembali dengan ayahnya, seorang pekerja bangunan, dengan ibunya dan kakaknya Fatiha, dan tumbuh di subperkotaan Amiens.[3] Ia lulus dari Institut d'études politiques de Paris (Institut Studi-Studi Politik Paris) pada 2002. Di Institut ia bertemu Boris Vallaud, yang menikah dengannya pada 27 Agustus 2005.[4]

Ia masuk Partai Sosialis pada 2002 dan bergabung dengan tim Gérard Collomb, Walikota Lyon, pada 2003 untuk menjalankan demokrasi lokal yang kuat, perlawanan melawan diskriminasi, mempromosikan hak-hak warga sipil, dan akses untuk pekerjaan dan perumahan.

Terpilih dalam Dewan Wilayah Rhone-Alpes pada 2004, ia mengetuai Komisi Budaya, mengundurkan diri pada 2008. Pada 2005, ia menjadi penasihat Partai Sosialis. Pada 2005 dan 2006 ia menjadi kolumnis program kebudayaan C'est tout vu di Télé Lyon Municipale bersama dengan Stéphane Cayrol.

Pada Februari 2007 ia bergabung dalam tim kampanye Ségolène Royal sebagai jurubicara, bersama dengan Vincent Peillon dan Arnaud Montebourg.

Pada Maret 2008 ia ter[ilih menjadi conseillère générale departemen Rhône dalam pemilihan kantonal dengan 58.52% suara pada putaran kedua, dibawah spanduk Partai Sosialis di kanton Lyon-XIII.

Pada 16 Mei 2012, ia dilnatik pada kabinet Presiden Perancis François Hollande sebagai Menteri Hak-Hak Wanita dan jurubicara pemerintahan.

Sent from Samsung Mobile.

Tidak ada komentar: