Delapan tahun yang lalu, tepatnya pada Maret 2011, Anthony Tan memulai debutnya merintis Grab Taxi. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada Juni 2014, Grab Taxi masuk Indonesia, bersaing dengan Gojek di bawah pimpinan Nadiem Makariem. Tak Mudah bagi Anthony yang harus bersaing dengan kawannya sendiri semasa bersekolah di Harvard Business School itu.
Anthony Tan adalah lulusan Master of Business Administration di Harvard of Harvard Business School. Sebelumnya, dia menempuh pendidikan dan meraih gelar Bachelor of Arts with Honors and Public Policy di University of Chicago. Tan muda memang bercita-cita memiliki perusahaan sendiri dan Nadiem adalah teman diskusi kala itu. Bahkan saat kecil, Tan pernah ditanya apa cita-citanya kelak. Dengan lantang dia menjawab "ingin menjadi pengusaha sukses".
Anthony Tan adalah lulusan Master of Business Administration di Harvard of Harvard Business School. Sebelumnya, dia menempuh pendidikan dan meraih gelar Bachelor of Arts with Honors and Public Policy di University of Chicago. Tan muda memang bercita-cita memiliki perusahaan sendiri dan Nadiem adalah teman diskusi kala itu. Bahkan saat kecil, Tan pernah ditanya apa cita-citanya kelak. Dengan lantang dia menjawab "ingin menjadi pengusaha sukses".
Meski berasal dari Malaysia, ternyata Tan mahir menggunakan empat bahasa yaitu Inggris, Cina, Perancis dan Indonesia. Tan merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Darah bisnis nampaknya sudah melekat dengan dirinya sejak kecil.
Kakeknya, Tan Yuet Foh merupakan pebisnis ulung yang menggeluti perakitan mobil dan jaringan distribusi mobil Jepang di Malaysia. Di bawah bendera Tan Chong Motor Holdings Bhd., Tan Yuet Foh sukses membuat perusahaannya menjadi distributor utama mobil Nissan di Malaysia.
Nampaknya, peribahasa air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga seratus persen benar dalam hal ini. Bagaimana tidak, Ayah Tan yaitu Tan Heng Chew didapuk menjadi salah satu orang terkaya di Malaysia pada 2015. Ibunya juga ikut ambil bagian menjadi keluarga pebisnis melalui pialang saham di Malaysia.
Latar belakang keluarga membentuk karakter Tan sehingga bisa membuat Grab menjadi sekarang. Tan sukses membuat Grab, perusahaan rintisan yang dicap sebagai start up bergelar decacorn. Ide membuat taksi berbasis aplikasi di Malaysia tidak datang begitu saja.
Kejayaan Grab bermula dari hal sederhana yaitu saat Tan dan penduduk Malaysia lainnya menyadari jika sistem taksi di Malaysia dikenal buruk. Bersamaan dengan itu, Tan menjadikan topik tersebut sebagai tugas kuliahnya dengan membuat aplikasi MyTeksi. Siapa sangka, MyTeksi akhirnya menjelma menjadi perusahaan sungguhan yaitu Grab Taxi.
Pasang surut menjadi cambuk bagi Tan untuk membangun Grab hingga menjadi seperti sekarang. Motto keluarga yaitu "tidak pernah mengatakan tidak" sudah menjadi bagian dari kesehariannya dalam membangun perusahaannya tersebut.
Kini, setelah resmi menyandang status decacorn, valuasi Grab diprediksi bakal terus menanjak. Baru-baru ini, Techcrunch telah melaporkan valuasi Grab melampaui US$ 11 miliar atau Rp 154 triliun (kurs Rp 14.000) setelah pendanaan putaran terakhir selesai dilakukan. Sementara itu lembaga riset yaitu Trefis memprediksi valuasi Grab mencapai US$ 16 miliar atau setara dengan Rp 224 triliun pada tahun ini.
Nampaknya, peribahasa air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga seratus persen benar dalam hal ini. Bagaimana tidak, Ayah Tan yaitu Tan Heng Chew didapuk menjadi salah satu orang terkaya di Malaysia pada 2015. Ibunya juga ikut ambil bagian menjadi keluarga pebisnis melalui pialang saham di Malaysia.
Latar belakang keluarga membentuk karakter Tan sehingga bisa membuat Grab menjadi sekarang. Tan sukses membuat Grab, perusahaan rintisan yang dicap sebagai start up bergelar decacorn. Ide membuat taksi berbasis aplikasi di Malaysia tidak datang begitu saja.
Kejayaan Grab bermula dari hal sederhana yaitu saat Tan dan penduduk Malaysia lainnya menyadari jika sistem taksi di Malaysia dikenal buruk. Bersamaan dengan itu, Tan menjadikan topik tersebut sebagai tugas kuliahnya dengan membuat aplikasi MyTeksi. Siapa sangka, MyTeksi akhirnya menjelma menjadi perusahaan sungguhan yaitu Grab Taxi.
Pasang surut menjadi cambuk bagi Tan untuk membangun Grab hingga menjadi seperti sekarang. Motto keluarga yaitu "tidak pernah mengatakan tidak" sudah menjadi bagian dari kesehariannya dalam membangun perusahaannya tersebut.
Kini, setelah resmi menyandang status decacorn, valuasi Grab diprediksi bakal terus menanjak. Baru-baru ini, Techcrunch telah melaporkan valuasi Grab melampaui US$ 11 miliar atau Rp 154 triliun (kurs Rp 14.000) setelah pendanaan putaran terakhir selesai dilakukan. Sementara itu lembaga riset yaitu Trefis memprediksi valuasi Grab mencapai US$ 16 miliar atau setara dengan Rp 224 triliun pada tahun ini.
#grab #sukses #AnthonyTan #decacorn #lowongankerja #covid19 #bisnis #digitalmarketing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar