Minggu, 19 April 2015

  Karl Persson: Pewaris tahta H&M yang pro buruh


Takdir sudah menggariskan Karl Johan Persson sebagai pewaris tahta bisnis Hennes & Mauritz (H&M). Sebagai generasi ketiga perusahaan ritel produk pakaian terbesar kedua di dunia asal Swedia tersebut, Persson jelas tumbuh dan besar dalam keluarga yang mencatat tradisi sebagai miliarder kelas dunia.

Erlin Persson, kakek Persson,  merupakan pendiri H&M pada tahun 1947 silam. Sedang Stefan Persson, sang ayah, adalah orang terkaya di Swedia saat ini dengan total kekayaan mencapai US$ 24,1 miliar. Sementara bibinya, Lottie Tham, juga menjadi miliarder berkat kepemilikan sejumlah saham H&M. Persson sendiri, menurut catatan Forbes, tercatat sebagai orang tajir di Bumi di urutan ke-603, dengan total kekayaan US$ 3 miliar.

Perssson lahir pada 25 Maret 1975 dari pasangan Stefan Persson dan Pamela Colett. Pria yang kini berusia 40 tahun ini menamatkan pendidikannya pada 2000 lalu di European Business School, London, dengan mengambil jurusan bisnis dan ekonomi.

Sebagai orang terpandang, leluhur Persson memiliki kedekatan dengan Kerajaan Swedia. Putri Mahkota Swedia Victoria pun menghadiri pernikahan Persson dengan Leonie Gilberg di tahun 2002. Pasangan ini kemudian dianugerahi dua anak

Mulai tahun 2006, Persson masuk jajaran direksi H&M. Tiga tahun kemudian atau tahun 2009, lelaki yang memiliki hobi bermain tenis ini didaulat menjadi chief executive officer (CEO) H&M. Meski bekerja di perusahaan keluarga, Persson tidak lantas memegang jabatan strategis H&M begitu saja. Pada tahun 2001, dia membeli perusahaan yang berbisnis events management. Tidak disebutkan berapa nilai akuisisi yang harus dibayar oleh Persson. Yang pasti, perusahaan itu kemudian tumbuh berkembang menjadi perusahaan events management terbesar di Skandinavia yang kemudian dijual oleh Persson ke MCI tahun 2007 lalu.

Tapi, sejak tahun 2000 Persson telah tercatat sebagai anggota pengawas H&M di Denmark, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Sepanjang tahun 2001–2004, Persson memegang jabatan CEO H&M untuk jaringan Eropa. Persson pun menjadi pemilik sekitar 12,13 juta saham H&M kelas B. Persson juga sempat memainkan peranan di bagian operasional H&M mulai tahun 2005. Dia ditunjuk menjabat kepala Ekspansi, Pengembangan Bisnis, dan Merek H&M global.

Setelah menjadi orang nomor satu di H&M global, Persson menunjukkan jiwa kepemimpinan yang patut diacungi jempol. Ia dikenal sebagai pengusaha yang tidak melulu mengejar profit sebesar mungkin bagi perusahaan. Persson juga dikenal sebagai sosok pengusaha yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan hidup para pekerjanya.

Bahkan, Persson pernah memprotes dan berjuang meningkatkan kesejahteraan buruh di perusahaan yang memasok produk-produk H&M di Bangladesh. Lantaran kebijakan upah minimum yang sangat memprihatinkan, banyak pekerja dari pemasok H&M tersebut yang  harus hidup pas-pasan.

Persson lalu menuntut standar gaji para karyawan pemasok H&M di Bangladesh diperbaiki. "Kami menuntut agar Pemerintah Bangladesh menaikkan upah minimum, dan mempertimbangkan untuk membuat review gaji tahunan," kata Persson.

Sebagai pengusaha, Persson menegaskan, dirinya ingin memastikan telah menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai bagi banyak orang. Terutama, di beberapa negara yang memasok produk ke H&M. "Ini membuat saya bangga, mengetahui kontribusi kami untuk mata pencaharian banyak orang," ujarnya.

Tidak ada komentar: