Here, catch this casket; it is worth the pains.
I am glad 'tis night, you do not look on me,
For I am much ashamed of my exchange:
But love is blind and lovers cannot see
The pretty follies that themselves commit;
For if they could, Cupid himself would blush
To see me thus transformed to a boy.
-Merchant of Venice, Shakespeare, 1596
Benarkah cinta itu buta ? Jika benar, mengapa ?
Karena ketika kita mulai mencintai seseorang, perhatian kita sepenuhnya tertuju pada sang kekasih dan kita tidak lagi memperhatikan hal lain di sekitar kita. Bahkan ketika orang yang kita cintai ini menyakiti kita, atau melakukan hal yang tidak semestinya, kita tidak melihatnya karena kita telah dibutakan oleh cinta. Ketidaksetujuan orang tua, keberatan teman, teguran sahabat, tidak lagi berarti. Kadang malah disalahartikan sebagai usaha untuk memisahkan kita dengan orang yang kita cintai. Shakespeare sendiri, lebih dari 300 tahun yang lalu, mengatakan bahwa orang yang jatuh cinta itu tidak bisa melihat kebodohan yang mereka lakukan karena dibutakan oleh cinta.
"Love is blind. Marriage is an eye opener". Seringkali pernikahan kandas karena cinta yang dulu terlihat begitu indah sekarang kehilangan pesonanya. Mata yang dulu dibutakan oleh daya tariknya, sekarang terbuka melihat kepribadian dan sikap yang sesungguhnya. Cinta masa pacaran yang penuh bunga, digantikan oleh persoalan rumah tangga yang tidak sedikit. Urusan anak, tagihan, pembantu, pekerjaan, dan sejuta persoalan besar kecil yang dihadapi tiap hari. Sikap yang dulu menarik sekarang menjadi menyebalkan. Kemanakah cinta yang dulu membutakan itu ?
Banyak ahli mengatakan, cinta yang sejati itu tidak buta Karena kita tidak bisa melihat seseorang dan langsung bisa melihat kepribadiannya secara utuh dan menyeluruh. Cinta yang sesungguhnya justru memiliki mata yang terbuka lebar, untuk mengetahui dengan pasti bagaimana rupa orang itu dan kita tetap mencintainya. Untuk melihat kepribadiannya dalam perilakunya sehari-hari, perkataan dan perbuatannya, dan kita tetap mencintainya. Cinta harus melihat dengan mata hati, sebagaimana kita melihat dengan mata kepala kita.
Cinta sejati itu menerima pasangan kita apa adanya, bukan cuma sebagian. Cinta sejati bisa bertumbuh, dari hanya menyukai satu atau sebagian hal, menjadi mencintai sepenuhnya dengan utuh. Cinta yang tidak buta memampukan kita untuk melihat orang itu apa adanya, dan mengerti kalau tidak ada seorangpun yang sempurna. Cinta merupakan pilihan. Kadang perasaan bahwa kita dilahirkan untuk pasangan kita memberi harapan semu. Karena cinta sejati itu akan penuh perjuangan untuk mengerti, bertoleransi, menghargai, dan menunjukkan kasih kita.
Cinta kadang memang buta dan memabukkan. Tapi berdoalah agar Tuhan membukakan mata hati dan mata pikiran kita. Sehingga cinta yang indah pada awalnya, dapat terus tumbuh berbunga dan bahkan berbuah. Menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Dan walau dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaannya, pasangan kita boleh menjadi pasangan seumur hidup dimana kita bisa saling berbagi cinta. Jika ada cukup cinta untuk menikah, bukankan seharusnya ada cukup cinta untuk mempertahankan pernikahan itu ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar