Sabtu, 15 Mei 2010
Rumah adalah Tempat Tumbuh Kembangnya CINTA
Suatu pagi yang cerah di Orchard Road.
Ketika sedang berjalan sepanjang surga pejalan kaki itu, mata saya dikejutkan oleh suatu kalimat indah dari kaos seorang gadis. Saya tidak begitu memperhatikan wajahnya, tetapi apa yang saya lakukan adalah mengagumi kata-katanya. Suatu pesan yang amat kuat tertulis di kaos tersebut.
Tertulis: rumah adalah tempat tumbuh kembangnya cinta.
Dan seperti biasa, saya mulai merenung
Berapa banyak kali kita lupa bahwa rumah kita seharusnya adalah tempat cinta itu seharusnya bermukim? Rumah adalah seharusnya adalah tempat di mana cinta dan kasih kita tumbuh semakin dalam setiap hari. Mengingat kembali masa-masa di mana kita bersumpah, mengikat janji untuk saling setia Kita selalu ingat bahwa seharusnya sebuah rumah adalah tempat di mana kita bisa mendapatkan kekuatan dan cinta untuk mampu melanjutkan hidup dalam kondisi dunia yang keras. Tetapi, setelah sadar bahwa bukanlah hal yang mudah untuk membuatnya jadi nyata, saya kira banyak dari kita mulai melupakan bahwa rumah kita seharusnya adalah sumber cinta dan kedamaian. Tetapi, berapa banyak dari kita malah membuat rumah itu sebagai sumber kemarahan, kebencian, luka, dan terakhir: perang? Bagaimana kita bisa tetap kuat dalam hidup ini bila elemen terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga: tidaklah kuat?
Tentu saja kita memiliki perjuangan masing-masing dalam keluarga kita. Mungkin kita punya saudara perempuan yang keras kepala, kita mungkin punya seorang ibu yang sering marah-marah dan bawel, mungkin kita punya seorang tante yang tukang gosip sejati. Tetapi, mereka adalah keluarga kita. Bukanlah kebetulah ketika Tuhan meletakkan mereka dalam lingkaran sanak saudara kita. Bukan hanya teman atau seseorang yang kita jumpai secara tak sengaja di jalan ketika kita lewat. Tetapi seseorang yang berbagi ikatan dalam hubungan yang khusus, hubungan darah.
Saya pun sadar akan kenyataan bahwa kita sering lebih suka teman kita daripada saudara kita. Dengan teman, kita pikir kita bisa jadi diri sendiri. Sedangkan bersama keluarga, kadang-kadang kita pikir kita begitu gampang dihakimi. Tetapi marilah kita ingat sekali lagi: adalah anggota keluarga yang selalu ada bersama dengan kita dalam suka dan duka di hidup kita. Saya pribadi harus menghadapi perjuangan juga untuk mengatasi perbedaan dalam keluarga saya. Saya yakin, setiap dari kita memiliki masalah sendiri-sendiri dalam hal ini. Tetapi, hei! Jika saja kita bisa mengatasi permasalahan tersebut dan membuat keluarga kita sebagai sumber kekuatan, cinta dan perdamaian, mengapa tidak kita lakukan sekarang?
Saya sadar pula akan kenyataan bahwa banyak orang memiliki perang dalam keluarganya. Kebencian antarmereka begitu besar dan mereka pikir mereka takkan bisa memperbaikinya lagi. Tetapi, apakah benar demikitan? Atau hanya kesombongan mereka yang tak mau surut?
Banyak kali kita dengar bahwa kita bisa hanya mencintai orang lain ketika kita sudah dipenuhi kasih-Nya. Sadar bahwa kita tak dapat jalan sendiri, kita perlu bimbingan-Nya dan pertolongan-Nya untuk melalui itu semua.
Mari kita mintakan bimbingan-Nya untuk membuat rumah kita sebagai sumber cinta. Membuat rumah kita sebagai tempat di mana kita taruh hati kita bersama untuk membuat segalanya menjadi lebih baik dan semakin baik lagi. Tetaplah ada di dalam cinta. Bangunlah kasih yang lebih mendalam di keluarga kita. Terkadang kita mencoba begitu keras untuk bahagia tanpa sadar bahwa kita perlu mulai dari dasarnya. Dari rumah kita sendiri.
Ini adalah PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama. Untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik dan kita mulai dari diri kita, kita mulai dari rumah kita, kita mulai dari menemukan kembali cinta yang hilang dan semoga kita bisa memupuknya kembali.
HCMC, 10 Mei 2010
-fon-
* thank's to the girl for the inspirational T-Shirt:)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar