Yohannes Christian John kecil sudah mengenal tinju dari ayahnya, Johan Tjahjadi atau Tjia Foek Sem. Lahir di Banjarnegara pada 14 September 1979, Chris hanya berpikir untuk menjadi seorang petinju saat dewasa nanti.
Setelah memulai karir sebagai juara amatir di Banjarnegara, performa Chris menarik perhatian pelatih, Sutan Rambing, yang memutuskan untuk menariknya ke Sasana Bank Buana, Semarang, Jawa Tengah.
Pada 1997, Chris John akhirnya beralih ke level profesional. Setelah menang atas Word Kanda pada pertarungan debutnya, Chris John selalu menang dalam empat partai berikutnya.
Di laga keenam inilah CJ mencuri perhatian. Setelah dua kali jatuh di ronde pertama, pria bertinggi 169 cm itu mampu membalikan keadaan di ronde ke-12 dengan kondisi hidup patah.
Sukses di pentas nasional, ia pun mencicipi kancah internasional. Setelah menang atas Dae-Kyun Park, Chris John pun memiliki kesempatan hadapi Oscar Leon dari Kolombia dalam perebutan gelar WBA kelas bulu.
Chris sebenarnya kalah dari ukuran postur maupun jangkauan. Namun, sekali lagi ia mampu mengatasi kekurangannya dan menang angka tipis pada laga di Bali, 26 September 2003 itu. Sabuk juara pun menempel di pinggangnya untuk pertama kali.
Tembus Amerika
Karir tinju Chris John sempat terganggu setelah hubungannya dengan Sutan Rambing merenggang karena urusan bayaran. Mereka pun berpisah sebelum pertarungan melawan Derrick Gainer.
Sekali lagi, nama Chris ditempatkan sebagai underdog. Namun, sekali lagi, ia sukses membalikan prediksi dan menang dengan angka mutlak di Britama Arena Sport Hall, Jakarta.
Jika laga-laga Chris John lain tampak tidak terlalu mencolok, beda lagi usai pertemuan dengan Juan Manuel Marquez. Boxer Meksiko yang saat itu mengumpulkan empat gelar ingin merebut sabuk WBA milik CJ.
Nama Marquez pantas diwaspadai. Pasalnya, ia masuk ke laga itu usai menahan imbang Manny Pacquaiao. Tapi, prediksi kembali patah setelah Chris menang angka mutlak.
Kubu Marquez berang dan tidak menerima keputusan pertarungan, yang menilai wasit terlalu membela Chris John, yang saat itu bertindak sebagai tuan rumah di Tenggaraong.
Chris John saat hadapi Rocky Juarez di Las Vegas.
Perlahan tapi pasti, rekor kemenangan milik pemilik gaya ortodoks itu terus bertambah. Usai mengalahkan Hiroyuki Enoki dalam pertarungan mempertahankan gelar ke-10, Chris John mencicipi tampil di negeri tinju dunia, Amerika Serikat, melawan wakil tuan rumah, Rocky Juarez.
Pertarungan pertama di Texas berakhir imbang, dan partai rematch yang telah lama ditunggu akhirnya sukses dimenangkan oleh Chris John. Untuk pertama kali dalam sejarah, petinju Indonesia berhasil menang di atas ring MGM Grand Arena, Las Vegas.
Sudah Dipaksa Pensiun
Setelah itu, berturut-turut Chris John menang atas Fernando David Saucedo, Daud Jordan, Stanyslav Merdov, Shoji Kimura, dan Chinlatam Piriyapinyo. Namun, tak ada yang spesial. Semua laga lebih banyak berakhir kemenangan angka.
Era kejayaan Chris John mulai memudar saat memasuki tahun 2013. Usia yang sudah menginjak 34 tahun tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu kendala. Pergerakannya tak selincah dulu, staminanya tak sebugar dulu.
Jelang perebutan gelar Super Champions kelas bulu WBA pada bulan Maret silam, istri Chris John terang-terangan mengatakan tarung melawan boxer Jepang, Satoshi Hosono, adalah laga terakhir sang suami.
Secara pribadi saya berharap ini menjadi pertarungan terakhir bagi suami bergelut dengan dunia tinju," ujar wanita yang merupakan mantan atlet wushu Jawa Tengah tersebut ketika itu.
Menurut Anna Maria, apa yang sudah dicapai Chris John selama bergelut di dunia tinju telah cukup dan saatnya berkonsentrasi untuk keluarga.
"Anak-anak membutuhkan ayahnya selalu di samping mereka," lanjutnya. Chris John saat ini sudah dikaruniai dua putri yaitu Maria Luna Ferisha dan Maria Rosa Christiani.
Firasat sang istri nampaknya benar. Chris John sudah tampak tak segarang dulu. Wajahnya sudah bercucuran darah akibat luka menganga di dahi dekat mata kanannya. Keinginannya membungkam kritik kerap menang angka jadi alasan bermain agresif, benturan kepala tak terelakan.
Akhir Antiklimaks di 2013
Bukannya kemenangan, malah hasil draw yang diraih. Ini merupakan hasil seri ketiga sepanjang 51 laga yang sudah dilakoni Chris sepanjang karir profesionalnya. Keinginan bertarung Chris ternyata masih tinggi.
Chris John saat menghadapi Sathosi Hosono.
Petinju Afrika Selatan, Simpiwe Vetyeka, menjadi lawannya. Pada partai ini, akhirnya kedigdayaan "The Dragon" berakhir saat memasuki satu dekade. Chris John tersungkur usai dipukul KO pada ronde keenam.
Harapan memecahkan rekor petinju Meksiko, Ricardo Lopez, tak terkalahkan dalam 52 pertarungan pun harus sirna. Tetapi apa boleh buat, usia tidak bisa berbohong. Di usia 34, Chris John harus lebih realistis. Keputusan pensiun pun diambil sang pengharum nama Indonesia di kancah tinju internasional itu.
Pernyataan pensiun itu disampaikan Chris John dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 19 Desember 2013. Petinju 34 tahun itu menegaskan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggantung sarung tinjunya.
"Sudah 15 tahun saya menjadi petinju, sejak tahun 1998 sampai sekarang. Tapi, dalam olahraga ada menang dan ada saatnya kalah. Setelah 10 tahun mempertahankan gelar juara dunia, sekarang sudah waktunya bagi saya untuk menggantung sarung tinju," ujar Chris John.
Sejak merebut gelar juara dunia kelas bulu WBA dari tangan Oscar Leon pada 2003, Chris John berhasil 18 kali mempertahankan gelar tersebut. Bahkan Chris John dinobatkan World Boxing Association (WBA) sebagai Super Champion.
"Saat ini saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan terutama, dan kepada semua pihak. Menpora, pelatih. Keluarga, anak dan istri saya," ucapnya.
Meski saat ini sudah pensiun, nama Chris John tentu masih akan tetap terdepan sebagai juara dunia tinju terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Mungkin ia kalah cepat dari Ellyan Pical, Nico Thomas, dan Muhammad Rachman, namun konsistensinya selama 10 tahun menjadi prestasi amat membanggakan.
Tahun 2014 sudah tidak akan terlihat aksi "Naga Kurus" milik Indonesia di atas ring. Kini, wajah tinju tanah air di pentas internasional sudah diestafetkan kepada Daud Jordan, yang memegang gelar kelas ringan versi IBO.
Terima kasih patut diucapkan tidak hanya pecinta tinju, namun seluruh masyarakat Indonesia. Karena lewat kegigihan Chris John dalam membalikkan prediksi ketika menghadapi lawan yang lebih diunggulkan menunjukan identitas sebagai sebuah negara kuat. Terima kasih Chris John: "Si Kurus" yang berubah jadi naga.
Rekor Chris John:
Tarung: 52
Menang: 48
KO: 22
Kalah: 1 (KO 1)
Imbang: 3