Kini nama Starbucks sudah menjadi jaminan kualitas kopi kelas dunia. Jatuh bangun perusahaan ini mengembangkan bisnisnya membuktikan keuletan dan tekad yang kuat sang pendiri.
Sejarah Starbucks Coffe bukan seperti membalik telapan tangan. Diawali dari kerjasama tiga sahabat, trio guru bahasa Inggris Jerry Baldwin, guru sejarah Zev Siegel, dan penulis Gordon Bowker pada 1971 di Seattle, Washington, Amerika Serikat.
Seorang salesman plastik Howard Schultz memang bertekad kuat. Tahun 1981, Howard Schultz menyadari plastik digunakan oleh Starbucks berasal dari perusahaannya, Hammarplast. Howard Schultz akhirnya bergabung ke Starbucks.
"Secangkir kopi satu setengah dollar? Gila! Siapa yang mau? Ya ampun, apakah Anda kira ini akan berhasil? Orang-orang Amerika tidak akan pernah mengeluarkan satu setengah dolar untuk kopi," itulah sedikit dari sekian banyak cacian yang diterima Howard, saat mencetuskan ide untuk mengubah konsep penjualan Starbucks.
Dalam buku otobiografinya yang ditulis bersama dengan Dori Jones Yang- Pour Your Heart Into It. Bagaimana Starbucks membangun sebuah Perusahaan secangkir demi secangkir-Howard menceritakan bagaimana ia merintis "cangkir demi cangkir" dan menjadikan Starbucks sebagai kedai kopi dengan jaringan terbesar di seluruh dunia.
Awalnya, Howard Schultz adalah seorang general manager di sebuah perusahaan bernama Hammarplast. Suatu kali, ia datang ke Starbucks yang pada awalnya hanyalah toko kecil pengecer biji-biji kopi yang sudah disangrai. Toko ini dimiliki oleh duo Jerry Baldwin dan Gordon Bowker sebagai pendiri awal Starbucks. Duo tersebut memang dikenal sangat giat mempelajari tentang kopi yang berkualitas.
Howard pun memutuskan bergabung dengan Starbucks, yang kala itu baru berusia 10 tahun. Ia pun segera bisa dekat dengan Jerry Baldwin. Sayang, hal itu kurang berlaku dengan Gordon Bowker dan Steve, seorang investor Starbucks baru. Meski begitu, Howard tetap berusaha beradaptasi dan mencoba mengenalkan berbagai ide pembaruan untuk membesarkan Starbucks.
Suatu ketika, Howard Schultz datang dengan ide cemerlang. Ia mendesak Jerry untuk mengubah Starbucks menjadi bar espresso dengan gaya Italia. Setelah perdebatan dan pertengkaran yang panjang, keduanya menemui jalan buntu. Jerry menolak karena meskipun idenya bagus, Starbucks sedang terjerumus dalam utang sehingga tidak akan mampu membiayai perubahan.
Howard pun lantas bertekad mendirikan perusahaan sendiri. Belajar dari Starbucks, ia tidak mau berutang dan memilih berjuang mencari investor. Dan, pilihan inilah yang kemudian membuatnya harus bekerja ekstra keras. Ditolak dan direndahkan menjadi bagian keseharian yang harus dihadapinya.
Impiannya terwujud, bahkan dengan uang yang terkumpul dari usahanya, ia berhasil membeli Starbucks dari pendirinya. Namun, kerja keras itu tak berhenti dengan terbelinya Starbucks.
"Anda harus sangat sabar dalam menghadapi penderitaan! Anda harus bekerja begitu keras dan memiliki antusiasme yang begitu besar terhadap suatu hal sehingga hal-hal lain dalam hidup anda terpaksa dikorbankan." ujarnya.
Saat terjadi akuisisi, ia mendapati banyak karyawan yang curiga dan memandang sinis perubahan yang dibawanya. Tetapi, dengan sistem kekeluargaan, ia merangkul karyawan dan bahkan memberikan opsi saham sehingga sense of belonging karyawan makin tinggi. Dibantu dengan CEO yang diperbantukannya, Orin C Smith, Howard berhasil mengembangkan perusahaannya ke banyak negara.
Berpikir Positif Pada Hidup
Howard Schultz dikenal pekerja keras dan mengutamakan disiplin. Salah satu yang kebiasaan uniknya adalah tidak tidur malam lebih dari empat jam dan teratur bersepeda (olahraga). Ini dianggapnya mendukung kesuksesan-kesuksesan dalam hidupnya.
Lahir pada tahun 1952 di Seattle, Amerika Serikat. Howard Schultz lahir dalam keluarga yang sederhana, namun mempunyai pandangan yang baik tentang kehidupan. Namun nasib Howard Schultz cukup bagus karena dapat melanjutkan pendidikan hingga universitas.
Untuk membantu biaya sekolahnya, Howard Schultz melakukan kerja sampingan. Pekerjaan Howard Schultz tidak menetap dan sering gonta-ganti pekerjaan. Hingga akhirnya Howard Schultz bekerja di perusahaan Perstop yang merupakan produsen peralatan dapur, hingga menjadi pimpinan di perusahaan tersebut. Howard Schultz mempunyai hobi melancong ke luar kota dan bahkan ke negara lain sambil mengamati karakter dari orang-orang yang dia singgahi. Pada tahun 1963, Howard Schultz melancong ke kota Milan, Italia. Ketika bersantai di kota itu, tiba-tiba terbersit ide birlian untuk bisnis kopinya.
Inspirasi ini muncul ketika dia menyadari bahwa di Milan hampir di setiap blok ada warung kopi, yang tidak hanya rasanya yang nikmat namun juga pelayanannya sangat ramah dan memuaskan pelanggan. Inilah kemudian yang dikembangkannya kemudian hari di Starbucks hingga puluhan ribu cabang di seluruh dunia. Ia juga menekankan layanan dengan keramahan pada konsumen, dan di sisi lain, memperlakukan karyawan sebagai keluarga. Dengan cara itu, Howard terus berekspansi hingga terus menjadi kedai kopi terbesar.
"Saya ingin bertanggung jawab atas takdir saya sendiri. Mungkin itu kelemahan saya, yang selalu bertanya-tanya apa yang akan saya lakukan berikutnya. Tak pernah ada kata cukup," ujarnya. Howard juga menyarankan siapapun untuk tidak berhenti bermimpi. "Ambil risiko lebih banyak. Bermimpilah lebih sering. Gantung harapan lebih tinggi. Bersikaplah lebih bijaksana." pesannya.
Sejarah Panjang Jualan Kopi
Setelah bertahun-tahun, kini Starbucks Corporation bisa dikatakan sebagai perusahaan kedai kopi terbesar di dunia di 44 negara. Starbucks menjual kopi, minuman panas berbasis espresso, minuman dingin dan panas lainnya, makanan ringan, serta cangkir dan biji kopi. Melalui divisi Starbucks Entertainment dengan merek Hear Music, perusahaan ini juga memasarkan buku, musik, dan film.
Sejak pertama kali dibuka di Seattle, Starbucks tumbuh dengan sangat cepat. Pada tahun 1990-an, Starbucks banyak membuka kedai baru. Pertumbuhan ini terus berlanjut sampai tahun 2000-an. Pada akhir Maret 2008, Starbucks telah memiliki 16.226 kedai, 11.434 di antara berada di Amerika Serikat.
Namun pada 1 Juli 2008, Starbucks mengumumkan bahwa mereka akan menutup 600 kedai dan memotong rencana pertumbuhannya di Amerika Serikat, dikarenakan melemahnya kondisi ekonomi.
Pada tahun 1992, Starbucks sebenarnya sudah menjadi perusahaan publik yang diperdagangkan, dan memiliki 165 outlet. Pada tahun 1996, dibuka toko pertama non-Amerika Utara di Tokyo. Pada tahun 1998, diperpanjang dalam batas-batas dari Britania Raya, membeli 60 toko kopi Seattle Perusahaan dan rebranding mereka sebagai Starbucks. Selain itu, mengambil alih Seattle's Best Coffee, Torrefazione Italia dan Diedrich Coffee.
Akhir Juli 2008, Starbucks juga memberhentikan 1.000 lebih pegawainya. Starbucks menutup lebih dari 75 persen gerainya di Australia. Starbucks sendiri sebelumnya memiliki sekitar 84 gerai di Australia. Penutupan tersebut mengakibatkan pemutusan hubungan kerja terhadap hampir 700 tenaga kerja. Selain di Australia, Starbucks juga menutup sekitar 600 gerainya di AS. Penutupan dan pemberhentian kerja ini merupakan akhir dari pertumbuhan pesat Starbucks yang dimulai pada tahun 1990-an.
Starbucks kini dapat ditemukan dibanyak negara. Tiga puluh tahun setelah berdiri Starbucks membuka outlet pertamanya di Indonesia di Plaza Indonesia, Jakarta. Di Indonesia, hak waralaba Starbucks dimiliki oleh Mitra Adi Perkasa
Di berbagai tempat di Amerika Serikat sejumlah gerai Starbucks telah menjadi sasaran serangan sejumlah pihak yang berpendapat bahwa perusahaan ini menjadi bagian dari homogenisasi kebudayaan Amerika dan arus globalisasi yang melanda dunia. Bentuk serangan berbeda-beda, dari corat-coret di dinding, penuangan lem pada kunci pintu dan jendela gerai untuk mempersulit orang masuk atau mengotori jendelanya, hingga pemasangan surat pemberitahuan dengan kop surat palsu Starbucks yang isinya mengumumkan dengan penuh penyesalan tentang ditutupnya "ribuan gerai di seluruh dunia." ■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar