Minggu, 22 Februari 2015

Kerr Neilson, Warren Buffett asal Australia


Sekali lagi, predikat investor terbukti menjadi profesi paling ampuh untuk memupuk harta berlimpah. Coba lihat kisah hidup Kerr Neilson. Kepiawaiannya meneropong harga saham membuat dia dijuluki "Warren Buffett asal Australia".
 
Mirip seperti Buffett, Neilson meraup kekayaan dari bursa saham Australia. Selama belasan tahun bergulat dengan bursa saham Australia membuat pundi-pundi kekayaannya melambung. Forbes menaksir, total kekayaan Neilson mencapai US$ 3 miliar.
 
Pria berusia 65 tahun ini pun dianugerahi dengan predikat orang terkaya ke-8 di Australia, per akhir Januari 2015. Posisi ini naik dari peringkat ke-10 pada tahun 2014. Di dunia, Neilson tercatat sebagai orang terkaya ke-551. Kekayaan Neilson bersumber dari perusahaan investasi miliknya, Platinum Investment Management Ltd. 
 
Saat ini, Platinum memiliki dana kelolaan mencapai A$ 25 miliar. Platinum merupakan hedge fund skala global. Klien Platinum tersebar mulai dari Australia, Selandia Baru, Eropa, Amerika, dan Asia. Sejak berdiri pada tahun 1994, Platinum telah membukukan keuntungan (return) rata-rata sebesar 19,15% saban tahun.
 
Keberhasilan Platinum mengelola duit merupakan mesin uang bagi pundi-pundi kekayaan Neilson. Saat ini, bapak dua anak ini menggenggam sebanyak 55,5% saham Platinum. Neilson lahir pada tahun 1950 di Johannesburg, Afrika Selatan.
 
Neilson menghabiskan masa kecil di Afrika Selatan. Kendati hidup di belahan dunia nun jauh, Neilson sudah akrab dengan saham sejak usia dini. Neilson membeli saham pertama saat baru menginjak usia 13 tahun. 
 
Ketertarikan Neilson terhadap dunia ekonomi mendorongnya meraih gelar Bachelor of Commerce dari University of Cape Town, Afrika Selatan. Setelah lulus dari bangku kuliah, Neilson hijrah ke Inggris. 
 
Setelah mengecap pengalaman bekerja di Inggris, Neilson kembali menginjak kampung halaman. Di Afrika Selatan, Neilson bekerja sebagai analis di perusahaan sekuritas. Setelah memperoleh pengalaman cukup mumpuni, pada tahun 1983, Neilson hijrah lagi. 
 
Kali ini, Neilson nekat bermigrasi ke Sydney, Australia. Di Negeri Kanguru, Neilson meniti karier di perbankan investasi Bankers Trust (BT) sebagai fund manager. Nama Neilson mulai tersohor di kalangan bursa saham Australia pada 1987. Kala itu, Neilson yang menduduki jabatan senior fund manager di BT Australia, menarik investasi dari bursa saham. 
 
Ramalan Neilson terbukti jitu. Setelah menjual seluruh portofolio saham, pasar modal Australia runtuh pada Oktober 1987. Aksi jual saham besar-besaran melanda bursa Australia pada pembukaan perdagangan Senin. Peristiwa ini populer disebut Black Monday.
 
Aksi jual saham merembet mulai dari Hong Kong, Eropa hingga bursa Amerika Serikat (AS). Pemicunya adalah perlambatan ekonomi AS. Lolos dari Black Monday, membuat nama Neilson melambung. Kepiawaiannya mencetak untung di bursa saham membuatnya menjadi mesin pencetak utang BT Australia. 
 
Setelah beken sebagai fund manager, Neilson memutuskan hengkang dari BT Australia dengan jabatan terakhir sebagai Executive Vice President pada tahun 1993. Neilson kemudian mencoba peruntungan dengan membangun perusahaan investasi sendiri.
 
Neilson membangun Platinum bersama empat temannya. Keahlian Neilson bahkan mendapat dukungan dari investor kawakan George Soros. Miliarder Soros tercatat sebagai salah satu penyokong modal awal Platinum. George Soros menyuntikkan dana sebesar US$ 120 juta pada Platinum atau setara 20% saham pada tahun 1994 silam. 

Tidak ada komentar: