Senin, 23 Februari 2015

Sukses Alga Spring Bed

Konsisten mengembangkan produk menjadi kunci sukses Andry Agus di industri spring bed. Pria kelahiran Tiongkok ini merintis usaha sejak tahun 1976 dengan mendirikan PT Alga Jaya Raya. Kini, ia termasuk salah satu pemain utama dalam bisnis spring bed. 
Bahkan, ia termasuk salah seorang pelopor spring bed kesehatan pertama di Indonesia. Siapa menyangka kalau Andry sebenarnya sama sekali tidak punya latar belakang usaha spring bed.
Sebelum sukses di industri ini, ia pertama kali mencoba peruntungan di industri tekstil. Di industri ini ia menjadi importir dengan mendatangkan produk tekstil dari Jepang.
 
Kiprahnya di industri ini berlangsung dari tahun 1962 hingga 1971. Begitu mundur dari industri tekstil, ia mencoba merambah industri yang sangat bertolak belakang dengan bisnis sebelumnya. Yakni, industri perfilman di tahun 1972-1975.
 
Saat itu, Andry memproduksi salah satu film nasional berjudul Singa Betina dari Marunda yang disutradai oleh almarhum Sofia WD.
 
Dengan pengalaman bisnis  itu, tentu tak pernah tebersit sedikit pun angan-angan untuk terjun ke bisnis spring bed.  Sampai akhirnya ia bertemu dengan sorang temannya di Taiwan yang memproduksi spring bed dengan kualitas baik.
 
Dari situ ia kepikiran untuk mencoba mengenbangkan bisnis ini di Indonesia.  Ia lalu banyak belajar pembuatan spring bed dari temannya ini.
 
Setelah belajar, ia mencoba membuatnya di Indonesia dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan postur tubuh orang Indonesia. "Saya sudah mulai belajar membuat spring bed kesehatan sejak tahun 1975," katanya.
 
Sebelum dipasarkan, Andry mencoba sendiri tidur di atas spring bed Alga untuk membuktikan kualitasnya. Tidak hanya semalam dua malam, tapi ia juga mencoba selama seminggu supaya benar-benar terasa efeknya.
 
Agar lebih meyakinkan produknya, Andry juga menguji spring bed-nya ke beberapa orang rekannya. Dari awal berdiri sampai sekarang, Andry terjun langsung dalam inovasi produk hingga uji kualitas.
Setelah teruji kualitasnya, barulah ia mulai memasarkannya. Di tahun 1976, ia mulai mencoba bisnis yang dianggapnya memiliki prospek cerah ini.
 
Awal mula produksi, tidak mudah baginya menjual spring bed khusus kesehatan ini. Ini dikarenakan saat itu  masyarakat Indonesia belum mengenal kasur pegas alias spring bed,
"Ketika itu spring bed belum populer di masyarakat," ujarnya.
 
Saat itu masyarakat Indonesia terbiasa memakai kasur kapuk dan busa. Kasur kapuk dan busa ini memang enak dipakai dan empuk, tapi tidak baik bagi kesehatan tubuh.
 
Menurutnya, kasur kapuk atau busa kurang mampu menyangga tulang punggung. Akibatnya, tubuh kerap terasa sakit begitu bangtun tidur. Bahkan, hal itu menjadi salah satu faktor penyebab kebungkukan.
 
"Kalau orang tidur di atas busa maka tulung punggung tidak lurus karena busa mengikuti posisi tubuh saat tidur. Jadi, tidak menjamin untuk kesehatan.," kata pria 79 tahun ini.
 
Kendati tidak baik buat kesehatan, mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan spring bed bukan perkara mudah. Pasalnya, kasur pegas seperti spring bed terasa keras saat dijadikan alas tidur. Rasanya jelas tidak senyaman kasur kapuk atau foam.
 
Namun, ia tidak menyerah. Melalui berbagai sarana dan media promosi, Andry terus melakukan sosialisasi spring bed buatannya. Pernah di tahun 1980, iklan spring bed Alga menuai kontroversi di masyarakat.
 
Saat itu, iklan spring bed Alga dipermasalahkan oleh masyarakat karena mereka merasa dibohongi. Dalam iklan itu ada adegan spring bed Alga yang tidak hancur saat dilindas mesing giring seberat 8 ton.
Selain menarik perhatian penonton, ini juga dilakukan semata-mata untuk membuktikan kualitas spring bed Alga. Menurut dia, produk spring bed yang keras justru bisa mencegah sakit tulang punggung.
 
"Banyak yang tidak percaya. Saat itu langsung mempersiapkan pengacara. Tapi saya bersyukur tidak sampai ke meja hijau," ungkap Andry.
 
Ia mengaku, sejak awal merintis usaha sudah berambisi ingin memproduksi spring bed kesehatan yang bermanfaat bagi konsumennya. Keinginan itu juga yang membuatnya memilih fokus di usaha ini.
 
Sebelum Alga muncul, memang sudah banyak merek spring bed luar negeri yang masuk pasar Indonesia. Namun, kata Andry, kebanyakan produk yang beredar di pasaran itu tidak memenuhi kualitas tidur yang sehat untuk masyarakat.
 
"Dari situ saya melihat masyarakat Indonesia membutuhkan tempat yang nyaman untuk beristirahat," jelasnya.
 
Kerja kerasnya tidak sia-sia. Pelan-pelan ia mulai berhasil merubah pandangan masyarakat yang terbiasa memakai kasur kapuk dan busa untuk beralih menggunakan spring bed.
 
Sekitar tahun 1981, spring bed Alga sudah mulai populer di pasaran. Saat itu, banyak masyarakat yang semula memandang sebelah mata mulai banyak mencari
 
Bahkan, banyak dari mereka mencari spring bed yang lebih keras lagi. Menyikapi tingginya animo masyarakat, ia terus meningkatkan kualitas produk dengan mendatangkan mesin berteknologi tinggi dari Swiss dan Amerika.
 
Hingga saat ini, produk unggulan Alga, yakni super keras masih mempimpin pasar spring bed nasional karena memang belum ada kompetitornya.
 
Pasang surut
Kendati kini terbilang sukses, perjalanan bisnisnya tetap mengalami pasang surut. Bisnis spring bed Alga yang mengalami masa kejayaan di era 1980–1990-an sempat terpuruk di tahun 1998.
Keterpurukan itu efek dari krisis ekonomi nasional yang sangat pelik. Selain peristiwa ekonomi, kondisi politik yang tidak stabil juga mempengaruhi bisnisnya.
 
Saat itu, ia harus kehilangan sekitar 30% karyawannya demi mempertahankan perusahaan. "Waktu itu sepi kondisinya. Ini berlangsung sampai tahun 2004. Di tahun 2005 kondisinya sudah mulai membaik," kata Andry.
 
Memasuki tahun 2009, bisnisnya kembali pulih dan menalami pertumbuhan sampai saat ini.   
Baginya, sukses yang diraih ini tak lepas dari dukungan istri dan keluarga. Ia bilang, dukungan karyawan yang telah bekerja bertahun-tahun dengannya ini juga memperngaruhi kesuksesannya.
Menurutnya, bisnis spring bed yang terus eksis hingga saat ini merupakan hasil disiplin kerja yang telah ia terapkan ke seluruh karyawan. Tidak ada perbedaan perlakuan dari Andry sebagai pimpinan perusahaan kepada seluruh karyawannya.
 
"Semua jabatan sama. Termasuk saya. Tidak ada perbedaan. Begitupula dengan tamu dan karyawan di pabrik. Yang penting kerja dengan baik, kalau salah tetap saya peringatkan," kata Andry.
Untuk terus memenuhi kebutuhan konsumen, Andry selalu membuat inovasi baru. Ia bilang, beberapa waktu lalu banyak konsumen meminta dibuatkan spring bed yang bisa mengatasi sakit tulang punggung, tapi tetap nyaman dan empuk saat dipakai tidur.
 
Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, ia baru saja menciptakan produk baru yang terinspirasi dari teknologi Eropa. Yaitu mini pocket spring. Ia bilang, produk ini tidak mengurangi kualitas produk spring bed super keras.
 
Mini pocket spring atau pegas berukuran kecil ini meredam kerasnya Alga spring bed super keras, sehingga tetap nyaman saat digunakan.
 
Ia juga mengklaim, produk barunya ini merupakan satu-satunya di Indonesia bahkan Asia Tenggara. "Hak paten teknologi ini sudah dipegang Alga," tutur Andry.
 
Seluruh produk spring bed Alga ini diproduksi di pabrik yang berlokasi di daerah Bogor, Jawa Barat. Sementara pemasarannya melalui distributor dan agen-agen di seluruh Indonesia.
 
Andry bilang, banyak pelanggannya berasal dari kota-kota besar di seluruh Indonesia, seperti Medan, Surabaya, Palembang, Bandung, Malang, Pontianak, hingga Samarinda.
 
Tak jarang ada juga pembeli yang sengaja memesan spring bed Alga untuk dibawa ke luar negeri guna dipakai sendiri. Selain melalui distributor dan keagenan, konsumen juga bisa membeli langsung di showroom Alga yang lokasinya tak jauh dari stasiun Jakarta Kota.
 
Di sana, pembeli dapat melihat langsung contoh dari berbagai pilihan spring bed merek Alga. Tidak sampai sini saja, nantinya Andry juga akan terus melahirkan spring bed dengan inovasi baru demi kesehatan masyarakat Indonesia.
 
Seluruh produk spring bed Alga terbuat dari bahan-bahan berkualitas, seperti polyester sisal, cotton sheet, conwed netting, dan pegas berkualitas tinggi dengan ketebalan hingga 2,5 milimeter (mm) yang dapat menopang tulang punggung dengan sempurna. Susunan dalam spring bed Alga tidak menggunakan busa.
 
Selain pasar dalam negeri, ia juga berencana mengekspor spring bed Alga ke berbagai negara. Saat ini, rencana tersebut masih tahap penjajakan.

Tidak ada komentar: