Jumat, 20 Agustus 2010
Ana Dodson : Abdikan Diri untuk Tanah Kelahiran
Meskipun telah diadopsi sejak usianya 3 tahun dan tumbuh di Colorado,Amerika Serikat (AS),separuh hatinya tetap tertinggal di tanah kelahirannya di Peru.
SEBAGAI anak adopsi, Ana Dodson, memang memiliki segalanya. Dia tumbuh besar di AS dan bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Namun, ternyata, panggilan jiwanya untuk membantu anakanak yatim yang bernasib sama dengannya tak bisa dihindarkan. Ana dibawa ke AS oleh orang tua yang mengadopsinya setelah ibunya melahirkan dan meninggal dunia pada 1992.Ana termasuk salah satu anak yang beruntung karena bisa mendapatkan orang tua asuh saat itu juga.
Saat belia, lagulagu dari tanah kelahirannya kerap menggetarkan hatinya. Lambat laun Ana pun merasakan kerinduan yang sangat dalam terhadap tanah kelahirannya yang hanya memberikan kenangan singkat. Orang tua angkatnya pun menyadari bahwa ada kerinduan sangat besar di hati Ana. Namun mereka ingin Ana cukup dewasa dahulu agar bisa melakukan perjalanan panjang ke Peru. Karena itu, mereka menunggu usia Ana mencapai 11 tahun untuk pergi ke Peru.
Saat momen itu tiba, pada 2003 keluarga ini pun mulai melakukan pencarian keluarga Ana. Sayangnya, mereka menemukan berbagai penghalang karena informasi itu sulit didapat.Akhirnya mereka menghubungi pengelola program "Peruvian Ties" di Cusco yang membantu anak-anak adopsi untuk mengunjungi tanah kelahiran mereka. Harapan Ana sendiri untuk bisa bernostalgia dan menikmati tanah leluhurnya tidak terwujud seperti dibayangkannya.
Dia sangat terkejut dengan kemiskinan parah yang ditemuinya dan terutama panti asuhan yang dikunjunginya. Di panti asuhan bernama Hogar de Mercedes de Jesus Molina yang berada di jauh di luar Kota Incan, Cusco, tempat Ana lahir, dia menemui beberapa gadis belia yang seumuran ataupun lebih muda dari Ana. Hal ini seperti sebuah refleksi bahwa sebetulnya Ana bisa bernasib sama seperti anak-anak panti itu, yakni terjerat kemiskinan, tak ada orang tua, pendidikan, makanan cukup,sekolah,dan kesulitan lain.
Wajah para penghuni panti itu penuh dengan senyum dan rasa tak sabar ingin segera bertemu dengan para tamu serta berharap agar mereka bisa segera diadopsi.Ana dan ibu angkatnya,Judi,membawakan bonekaberuangdanbukuuntukmereka. Namun Ana dengan cepat menyadari bahwa anak-anak panti ini membutuhkanlebihbanyakhallagi. Dari situlah petualangan Ana dimulai.Dia memutuskan akan menolong anak-anak kurang beruntung itu.
Dia juga menawari mereka kesempatan agar anak-anak itu bisa keluar dari keadaan tersebut." Saya menyadari hidup saya sudah sangat enak dan mapan karena saya bisa mewujudkan hobihobi mahal seperti menunggang kuda, bermain ski salju, dan golf. Padahal, di sisi lain, banyak anak remaja seusia saya yang mengalami kesulitan akan pakaian,nutrisi, dan pendidikan,"ungkapnya. Dia pun mulai mengumpulkan barang-barang kebutuhan sekolah dan mengirimkan ke panti-panti asuhan.
Dia juga mengadakan korespondensi sahabat pena antara kelas Spanyol dengan kelas-kelas kalangan miskin di sekolahnya.Tak hanya itu,dia juga segera mengembangkan kegiatannya ke semua masyarakat kalangan bawah dan meminta bantuan dari teman, keluarga, dan komunitas lokal lainnya. Tak lama, dia pun mendirikan Peruvian Hearts,sebuah organisasi sosial nirlaba yang bertujuan menolong anak-anak yatim dan miskin di Peru, terutama anak remaja perempuan miskin yang ditemuinya di Panti Asuhan Hogar de Mercedes de Jesus Molina.
Melalui organisasinya ini,Ana ingin menyediakan pendidikan, pakaian, makanan, dan yang paling penting harapan untuk masa depan mereka. Hingga saat ini, Peruvian Hearts telah melakukan semua hal itu.Mereka juga memiliki program beasiswa yang bisa membiayai semua kebutuhan sekolah mulai dari pakaian,biaya sekolah,dan kebutuhan lain.
Ana memberi nama program beasiswa ini Maria,nama ibu kandungnya, karena sang ibu tidak bisa menulis atau membaca sama sekali. Peruvian Hearts juga memiliki perpustakaan yang memberikan buku ke anak-anak dari berbagai sumbangan di seluruh dunia.Lalu para pembimbing juga diturunkan untuk mengatasi ketertinggalan anak-anak yatim ketika mereka tidak bisa sekolah karena bekerja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar