Jumat, 20 Agustus 2010
HUAWEI, Keajaiban China
KOMPAS.com - Awal tahun 2000 Huawei, vendor teknologi komunikasi asal China, masih dipandang sebagai "Daud", perusahaan kecil, yang menantang "Goliath", perusahaan-perusahaan raksasa seperti Ericsson, Nokia, Siemens, Alcatel, Lucent, Motorola, dan Samsung. Ketika sejumlah raksasa-raksasa itu bersatu (Nokia-Siemens dan Alcatel-Lucent) untuk menguatkan posisi mereka secara global, Huawei merangsek maju seorang diri. Hasilnya, "anak bawang" yang didirikan oleh seorang bekas perwira Tentara Pembebasan Rakyat, Ren Zhengfei, pada tahun 1988, kini telah menjelma menjadi "Goliath" baru.
Di awal tahun 2000, Huawei mempekerjakan tak lebih dari 20 ribu pegawai di seluruh dunia. Kini, dalam 10 tahun, jumlah pegawainya meningkat hampir 500 persen yaitu mencapai 95 ribu orang, 27 ribu di antaranya tersebar di luar China. Pada tahun 2000 pendapatan Huawei baru 100 juta dollar Amerika. Pada akhir 2009 pendapatannya melesat mencapai 21,8 miliar dollar Amerika dan ditargetkan meningkat 20 persen pada tahun 2010.
Saat ini Huawei melayani 45 dari 50 operator papan atas di seluruh dunia. Teknologi huawei telah diaplikasikan di lebih dari 100 negara, termasuk di kandang para raksasa seperti di Jerman, Perancis, dan Swedia. Kita tahu Jerman adalah "kampung halaman" Siemens, Swedia Ericsson, Perancis Alcatel
Boleh lah dibilang, perusahaan yang awalnya hanya merupakan agen penjual switch PBX (private branch exchange) untuk sebuah perusahaan komunikasi di Hongkong, kini telah menjadi perusahaan jaringan telekomunikasi terdepan, sejajar dengan Ericsson, Siemens, dan Motorola yang notabene telah ada sejak zaman sebelum perang dunia pertama.
Wireless Marketing Departement Vice President Huawei Bob Cai menyebutkan, Huawei menjadi nomor satu untuk Mobile Softswitch dengan menguasai 39 persen market share. Untuk RAN Huawei berada di posisi kedua dengan market share 21 persen (Dell O'ro 2009 Q4). Selanjutnya, untuk Mobile Broadband Network Provider Huawei juga nangkring di posisi pertama (Dell O'ro 2009) dengan pangsa pasar 28 persen.
"Bagi kami tidak penting menjadi nomer satu atau dua yang penting bagaimana memenuhi apa yang diinginkan konsumen," ucap Bob merendah.
Menggeliat di Shenzhen
Raksasa baru itu menggeliat di Shenzhen, kota kedua terbesar di Provinsi Guang Ðong, setelah Guang Zhou. Shenzhen sendiri adalah keajaiban karena pertumbuhannya yang cepat. Desa nelayan miskin 30 tahun lalu itu kini merupakan kota metropolitan baru.
Kompas.com bersama sejumlah media beberapa waktu lalu mengunjungi kantor pusat Huawei, sekitar 40 kilometer di sebelah utara pusat kota Shenzhen. Kami juga berkesempatan meyambangi kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan (Riset and Development Centre) Huawei di Shanghai.
Di Shenzhen, selain gedung kantor pusat, di areal seluas dua kilometer persegi Huawei membangun sentra logistik, pusat data, pusat pendidikan, juga perumahan bagi karyawan.
Ada 30 ribu karyawan bekerja di sana. Mereka tidak hanya warga negara China, tapi juga mancanegara. Ada orang Amerika, India, dan dari berbagai negara di Eropa. Mereka menyebut kantor pusat ini sebagai "kampus" karena di sinilah tempat orang belajar, meneliti, mengembangkan, dan menjual berbagai produk teknologi komunikasi informasi.
Di tempat ini pula, Huawei membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang kerap disebuat sebagai Universitas Huawei. Di sini orang-orang dari seluruh dunia mendapatkan pelatihan bagaimana mengoperasikan teknologi Huawei. "Ada seratus kelas dan tiap kelas terisi penuh setiap hari sepanjang tahun," terang Yunny Christine, Brand Manager Huawei Indonesia yang menemani perjalanan kami.
Dengan riset yang dikembangkan tenaga-tenaga terdidiknya Huawei mengembangkan jaringan infrastruktur telekomunikasi dari modem hingga stasiun penghubung telekomunikasi seluler (base transceiver station/BTS) untuk operator telekomunikasi. Bahkan, Huawei juga telah mengembangkan perangkat jaringan telekomunikasi BTS generasi keempat yaitu SingleRan.
Di Shanghai, gedung Pusat Riset dan Pengembangan Huawei adalah bangunan besar dan modern yang berdiri di atas lahan seluas 277 ribu meter persegi. Ada delapan ribu pegawai bekerja di gedung itu. Sebanyak 90 persen di antaranya bekerja untuk riset dan pengembangan.
Terletak di taman teknologi modern Jinqiao di distrik Pudong, Shanghai, gedung Pusat Riset dan Pengembangan Huawei adalah salah satu gedung komersial terbesar di Shanghai. Desain gedungnya dibuat oleh Skidmore, Owings and Merrill (SOM) yang juga mendesain Jin Mao Tower di Shanghai, Burj Khalifa di Dubai, dan Timer Warner Center di New York.
Pusat Riset dan Pengembangan di Shanghai memfokuskan kajian pada bidang akses jaringan radio dan teknologi terminal nirkabel termasuk GSM, CDMA, WCDMA, TD-SCDMA, AIE, LTE, dan B3G/4G.
Energik
Banyak yang bertanya, bagaiamana perusahaan ini berkembang demikian cepat. Sejumlah catatan berikut bisa disimak. Perusahaan yang 100 persen sahamnya dimiliki karyawan ini adalah perusahaan yang energik. Aura semangat orang muda meletup-letup di sana.
Media Relation Manager Huawei Vic Go menyebutkan, jumlah karyawan Huawei di seluruh dunia mencapai 95 ribu orang. Dari jumlah itu, 46 persen atau 43.700 di antaranya bekerja untuk departemen riset dan pengembangan. "Usia rata-rata karyawan Huawei adalah 29 tahun. Sekitar 70 persen dari mereka yang bekerja di departemen riset dan pengembangan bergelar Master dan Doktor lulusan luar negeri," jelas Vic.
Huawei menginvestasikan 10 persen revenue-nya setiap tahun untuk Departemen Riset dan Pengembangan. Tahun 2009 dana yang digelontorkan untuk departemen ini mencapai 1,95 miliar dollar AS.
Saat ini Huawei memiliki 17 kantor penelitian dan pengembangan di seluruh dunia. Di antaranya di Silicon Valley dan Dallas, Amerika Serikat, juga di Stockholm (Swedia), Ottawa (Kanada), Bangalore (India), dan Moskwa (Rusia), juga di Indonesia. "Kami membangun pusat penelitian di berbagai negara untuk mendapatkan solusi atas persoalan lokal konsumen. Sebab, persoalan di tiap daerah berbeda satu sama lain," ungkap Vic.
Di Indonesia
Bagaiman dengan indonesia? Mungkin masyarakat Indonesia mengenal barang-barang produksi China sebatas telepon selular murah dengan desain tiruan dan berkualitas rendah. "Kami bukan kelas handphone China," ujar Brand Manager Huawei Indonesia Yunny Christiani.
Dalam 10 tahun, sejak masuk pertama kali tahun 2000, Huawei telah berhasil menduduki posisi tiga teratas dalam penyediaan telekomunikasi untuk para operator utama di Indonesia. Produk Huawei yang telah diaplikasikan di negeri ini antara lain GSM, UMTS, CDMA, WiMax, transmisi, datacom, fixes accses network, broadband accses network, core network, aplication & software, ataupun pengguna terminal.
Huawei telah membangun 10 kantor regional dan 17 pusat suku cadang regional untuk melayani seluruh nusantara. "Dengan 1.200 orang pegawai yang 80 persen di antaranya adalah warga negara Indonesia, Huawei telah mendirikan Pusat Penelitian dan Pengembangan (research and developtment centre) lokal di Jakarta yang berfokus pada pengembangan aplikasi software," terang Yunny.
Keajaiban China
Sebagai vendor komunikasi China, Huawei tidak sedang berlari sendiri. Ada ZTE (Zhong Xing Telecommunication Equipment Company Limited) yang berdiri tiga tahun lebih dahulu dibanding Huawei yang didirikan pada tahun 1985. Awalnya, baik Huawei dan ZTE, memfokuskan diri pada pembuatan perlengkapan fixed-line switching untuk komunikasi, tetapi berkembang menjadi vendor komunikasi.
ZTE didirikan dengan dukungan penuh Pemerintah RRC melalui investasi oleh beberapa perusahaan manufaktur BUMN dan institusi penelitian dan pengembangan yang dikuasai negara. Hanya membutuhkan waktu 12 tahun, ZTE tercatat pada bursa Shenzhen dan pada tahun 2004 tercatat sebagai perusahaan publik di bursa Hongkong Stock Exchange.
Sebenarnya sejak 5000 tahun lalu China dikenal sebagai pusat inovasi teknologi. Negeri itu memperkenalkan serbuk mesiu, kompas, dan teknologi lain. Negara-negara barat kemudian mengembangkannya sebagai teknologi yang lebih maju. Di periode zaman ini China seperti ingin kembali merebut peran sejarah. Ia begitu agresif menfembangkan aneka teknologi, dari yang sederhana hingga yang paling canggih yaitu mengirim astronot ke luar angkasa selama lima hari.
China adalah keajaiban baru zaman ini. Huawei adalah bagian dari keajaiban itu. Dunia dibuat terbengong-bengong oleh pertumbuhan pesat ekonomi yang dicapai negara tirai bambu tersebut. Selama tiga dasawarsa sejak Mao Zedong mendirikan Republik Rakyat China pada 1949 hingga awal reformasi Deng Xiao Ping pada 1978 perekononian China jalan di tempat. Selanjutnya, ketika Deng mulai membuka pintu untuk masuknya kapitalisme global China bertumbuh dengan mengagumkan. China telah mengubah wajahnya menjadi negara adi daya
Sosok Huawei menegaskan kiprah China bukan cuma sekelas handphone murah tiruan di Glodok, tapi juga perusahaan kelas dunia dengan teknologi maju yang keandalannya telah menyokong jaringan komunikasi masyarakat Indonesia di seantero nusantara.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar