Minggu, 25 Juli 2010

Tak Mau Hanya Berfungsi sebagai Simbol



Memimpin Komunitas Intelijen Amerika Serikat (IC) yang mempekerjakan 200.000 orang dalam 16 organisasi mata-mata berbeda pasti bukan pekerjaan gampang.Hanya sosok yang kompeten dan teruji yang mampu membawa melakukannya.

ICdipimpin Direktur Intelijen Nasional (DNI) yang ditunjuk langsung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) dan disetujui Komite Intelijen Senat. Juni lalu, Presiden AS Barack Obama telah menunjuk James Clapper untuk menempati posisi DNI. Veteran mata-mata AS itu menggantikan Laksamana Angkatan Laut AS Dennis Blair yang mundur setelah 16 bulan menjabat. Blair mundur pasca kegagalan intelijen mendeteksi rencana pengeboman sebuah pesawat di Hari Natal.

Clapper merupakan sosok yang tegas dan telah teruji di dunia militer. Purnawirawan Letnan Jenderal Angkatan Udara AS itu berjanji akan menjadi seorang pemimpin yang kuat dan tidak hanya menjadi "hiasan kepala" jika dia diberi tanggung jawab sebagai DNI. Clapper tidak ingin ada lagi pertikaian antarlembaga intelijen seperti yang terjadi saat Dennis Blair berebut otoritas dengan Direktur CIA Leon Panetta.

Clapper pun menyadari adanya ambiguitas dalam mendefinisikan hubungan antarlembaga intelijen. Dia yakin DNI saat ini memiliki otoritas untuk mengesampingkan pendapat Kepala CIA jika mereka berbeda kebijakan. Namun Clapper menjanjikan bekerja sama dengan Panetta sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Jika Clapper terpilih, dia akan menjadi DNI keempat dalam lima tahun terakhir.

Dia menyadari bahwa banyak kritik mengatakan DNI tidak pernah memiliki cukup otoritas agar dapat berjalan efektif.Namun, Clapper menegaskan, tidak perlu ada kajian lagi tentang DNI. Menurutnya, struktur DNI saat ini dapat bekerja lebih efisien dan perubahan legislatif tidak diperlukan saat ini."Saya sangat yakin bahwa saya dapat membuat lembaga ini lebih baik.Tapi memang tidak realistis untuk mengharapkan komunitas intelijen AS dapat memukul 1.000 kali setiap saat,"ujarnya.

Menurut Clapper, DNI saat ini memiliki otoritas eksplisit dan implisit untuk mengawasi ratusan ribu orang yang bekerja di 16 badan intelijen AS, termasuk Central Intelligence Agency (CIA) dan National Security Agency (NSA). Clapper sadar pekerjaan itu sangat berat karena harus mengelola anggaran sebesar USD75 miliar secara transparan. Ketua Komite Intelijen Senat AS Dianne Feinstein yang berasal dari Partai Demokrat, mendukung pendapat Clapper bahwa DNI membutuhkan pemimpin kuat.

"DNI harus memastikan koordinasi antara badan-badan intelijen untuk mengurangi duplikasi dan memperbaiki sharinginformasi,"katanya. Clapper menilai pertumbuhan komunitas intelijen AS merupakan hasil yang mau tidak mau akibat dari konflik-konflik terbaru yang dihadapi Negeri Paman Sam. Menurut Clapper, selama Perang Dunia II,AS menjadi "gudang senjata demokrasi" dan memiliki kapal, pesawat, truk, dan jip dalam jumlah sangat besar hingga membantunya memenangi perang.

Clapper bertekad bekerja sama dengan komite di Kongres untuk menerapkan standar yang dapat membantu memperbaiki efisiensi dalam birokrasi intelijen. Jabatan DNI diperkenalkan pada 2004 di tengah keprihatinan terhadap buruknya sistem intelijen AS menjelang serangan 11 September 2001.Selain itu karena terkuaknya skandal kesalahan informasi intelijen mengenai persenjataan perusak massal di AS yang ternyata tidak pernah ada. Clapper saat ini merupakan Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Intelijen, posisi intelijen tertinggi di Pentagon.

Selain itu,Clapper juga menjadi direktur pertahanan intelijen yang melapor langsung kepada DNI. Sebagai nomine kuat DNI,Clapper sangat vokal memberikan komentar terhadap perkembangan terbaru ketegangan di Semenanjung Korea.Korea Selatan (Korsel), AS, dan negara-negara lain menuduh Korea Utara (Korut) menembakkan torpedo ke kapal angkatan laut Seoul, Cheonan hingga menewaskan 46 pelaut.Tuduhan itu disangkal Korut.

Pyongyang memperingatkan bahwa perang bisa pecah jika ada balas dendam. Clapper merupakan tokoh intelijen yang sangat paham dengan kawasan Korea karena dia pernah ditugasi di Korsel pada 1980-an. Karena itu,sangat wajar jika Clapper turut berkomentar tentang situasi terbaru yang terjadi di kawasan tersebut.

Dia menganggap serangan Cheonan dan kegagalan upaya Pyongyang membunuh seorang pembelot Korut mengingatkannya pada peristiwa pengeboman penerbangan Korean Airlines pada 1987 yang menewaskan seluruh (115) penumpang.


Tidak ada komentar: