Monday, 14 June 2010
Saat kebanyakan orang mencari pekerjaan di kota besar,Merieme Chadid justru menetap di kawasan yang jauh dari ingar-bingar.Hampir delapan tahun, Chadid mengobservasi bintang dari daratan Antartika.
LAPISAN es tebal menyelimuti hampir 98% daratan Antartika. Barisan pegunungan menjulang serta danau es dikelilingi lautan luas.Permukaan Antartika tampak memutih. Sekilas seperti daratan tak berpenghuni. Kenyataannya ada sekelompok manusia yang menetap di Antartika.Salah satunya Chadid.
Astronom ini sudah terbiasa dengan suhu dingin Antartika.Dia tidak takut lagi saat harus melintasi danau es. Ketika sebagian orang menyebut daratan di Kutub Selatan ini kawasan terisolasi, Chadid justru menganggap Antartika sebagai daratan yang unik.Dia memandang danau es dengan takjub. "Anda tidak bakal menemukan danau seperti ini di kota besar," katanya. Tingkat interaksi manusia di Antartika sangat minim.Komunikasi hanya berlaku bagi peneliti dan beberapa petualang. Benua terluas kelima ini memiliki populasi yang jauh lebih kecil dibanding benua lain.
Delapan tahun lamanya berada di Antartika membuat Chadid terbiasa dengan kondisi seperti ini. Menjadi hal yang natural ketika Chadid merindukan rumah."Keinginan untuk berbagi cerita dengan keluarga itu selalu ada,"papar mantan peneliti di Pusat Penelitian Nasional di Montpellier, Prancis ini.Namun,Chadid mesti mengesampingkan pera-saan itu demi pekerjaan. "Ini bukan sekadar pekerjaan. Apa yang saya kerjakan adalah kekayaan hidup,"katanya lagi.Profesinya sebagai astronom telah memberi banyak peluang bagi Chadid untuk menikmati keindahan alam. Apalagi dia berada di Antartika, benua yang sarat dengan fenomena alam menakjubkan.Di kawasan ini Chadid bukan hanya "mencari" bintang, tetapi juga menemukan keajaiban alam yang sulit didapat di kota besar.
"Sungguh, Antartika adalah tempat yang ajaib Dinginnya ekstrem dan letaknya terisolasi,"ujar astronom asal Maroko ini. Chadid semakin betah di Antartika karena dia kerap "bertemu" dengan malam. Ya, malam hari di Antartika berlangsung selama setengah tahun." Bisa Anda bayangkan indahnya malam hari di Antartika," sahut Chadid yang tampak antusias. Chadid kerap menanti datangnya cahaya kutub selatan,Aurora Australis. Dituturkan Chadid, fenomena alam di Antartika sepatutnya dinikmati, selagi bisa. "Nanti, ketika sudah pensiun, saya tidak bisa melihat keajaiban-keajaiban seperti ini," kata peraih gelar sarjana S-2 jurusan fisika dari University of Casablanca,Maroko ini. Menjadi astronom adalah citacita Chadid sejak kecil. Perempuan yang lahir di Maroko, 41 tahun lalu ini menyukai pengetahuan perbintangan sejak membaca teori Johanes Kepler.
Diakui Chadid, apa yang disampaikan Kepler sempat membuatnya berpikir. "Hebat sekali orang ini (Kepler) sampai bisa menciptakan hukum semesta," terangnya. Chadid yang sangat terkesan dengan teori Kepler lekas mencari tahu selukbeluk astronomi.Dia mengunjungi toko buku dan perpustakaan terdekat demi mencari buku astronomi. Seorang kerabat yang menyadari ketertarikannya terhadap astronomi lantas menganjurkan Chadid untuk mendengar satu program siaran radio. Chadid melaksanakan anjuran kerabatnya.Dia duduk di depan radio untuk mendengarkan program yang dibawakan seorang pencinta astronomi, Albert Pilot. Ketertarikan Chadid terhadap astronomi kian menguat setiap kali mendengar siaran Pilot.Tidak tanggungtanggung, dia menghubungi Pilot secara personal.
Chadid ingat,saat itu dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah umum (SMU).Kepada Pilot, Chadid mengungkap ketertarikan dan segenap rasa penasaran terhadap pengetahuan perbintangan. Chadid senang, karena Pilot memberi respons positif. "Berbicara dengan Pilot itu seperti mimpi.Saya seperti memiliki seseorang untuk berbagi rasa penasaran atas pengetahuan,"kata mantan peneliti di observatorium de Haute-Provence tersebut. Tekad Chadid hanya satu,yaitu memperdalam astronomi. Itulah sebabnya dia mengambil kuliah jurusan fisika. Kenapa bukan astronomi? "Saya ingin mempelajari dasar-dasar astronomi. Dasar-dasar itu saat mengambil jurusan fisika," katanya kemudian. Chadid meraih gelar Phd setelah sukses mempertahankan disertasi berjudul "Getaran Bintang dan Evolusi".
Lewat disertasinya, Chadid jelas ingin mengajak pencinta astronomi untuk mengeksplorasi misteri getaran bintang. "Banyak hal tentang alam semesta yang hingga kini masih misterius," papar Chadid tentang ide awal disertasinya. Menurut Chadid, manusia punya dua pilihan. "Kita bisa membiarkan misteri itu tetap menjadi misteri atau menguaknya," kata istri dari ilmuwan astrofisika Jean Vernin tersebut. Chadid memilih untuk menelusuri misteri alam semesta demi perkembangan pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar