Rabu, 16 Juni 2010

Perceraian


Hampir setiap hari, kita disuguhi berita-berita mengenai perceraian para artis. Entah mereka yang baru menikah beberapa bulan, hingga mereka yang sudah menikah menahun. Apakah perceraian memang satu-satunya jalan buat keluarga mereka? Bagaimana dengan anak2 mereka yg menjadi korban perceraian itu? Bagaimana dengan SUMPAH mereka di hadapan Allah pada hari pernikahan?





ALASAN PERCERAIAN

Apa alasan perceraian mereka?



"Sudah tidak ada lagi kecocokan antara kami."



Sebuah alasan klasik yang telah digunakan oleh ratusan orang di muka bumi ini selama puluhan tahun belakangan ini.



Bagi saya, itu sungguh sebuah alasan "kekanak-kanakan" yang menunjukkan banyak orang yg ternyata masih sangat picik dalam memandang makna sebuah pernikahan. Dengan menjawab demikian, tampaknya mereka menganggap sebuah pernikahan adalah ajang main2 atau ajang "pengesah" untuk pelampiasan nafsu seksual (kalo belum menikah dan melakukan hubungan suami-istri kan "zinah"....). Kalo sudah bosan, ya tinggal cerai saja dan cari yang lain.





APAKAH MENIKAH = MENCARI KECOCOKAN?

Apa benar kalo tujuan menikah adalah mencari kecocokan? Kecocokan seperti apa yang Anda cari? Apakah jika Anda tidak cocok dengan pasangan, itu artinya kalian tidak bisa menikah? Dan jika pada awalnya cocok, setelah menikah tidak cocok, apakah tidak ada cara untuk membuatnya cocok lagi?



Bagi saya, menikah tidak berarti mencari yang cocok. Menikah berarti mempersatukan hati kita dengan orang yang kita cintai, dan bersama-sama dengannya menjalankan hidup berkeluarga dengan menyerahkan fondasi rumah tangga pada Tuhan. Ketika Allah Bapa telah menjadi fondasi rumah tangga kita, tidak ada alasan bagi kita untuk menghancurkannya dengan bercerai.



Saat menikah, kita BERSUMPAH (saya tekankan sekali lagi : BERSUMPAH) di hadapan Allah Bapa untuk "setia sehidup-semati hingga maut memisahkan". Ini adalah SUMPAH yang kita ucapkan di hadapan Allah Bapa, Pendeta, dan para jemaat di gereja. SUMPAH berarti JANJI YG KITA UCAPKAN DENGAN JAMINAN HIDUP / NYAWA KITA SENDIRI. Bukankah dengan bercerai, itu artinya Anda tidak menghargai janji yg Anda ucapkan waktu itu? Jika Sumpah saja tidak berarti bagi kita, berarti nyawa Anda yg menjadi jaminan pun juga tidak ada artinya dong...??? Rasanya cukup pantas jika orang yg bercerai mendapat ganjaran hukum rajam sampai mati....!!



Dalam hubungan rumah tangga, tidak ada masalah yg tidak bisa diselesaikan. Setiap masalah membutuhkan keputusan yg bulat (yg dibuat oleh pasangan itu) Dan keputusan itu kadang kala membutuhkan "korban" dari salah satu pasangan itu. Di sinilah cinta mereka sebenarnya diuji : Beranikah berkorban demi pasangan? Di sinilah cinta kalian diuji.



Kalau mau dibilang pernikahan adalah "mencari kecocokan", mungkin Anda perlu melihat keluarga saya. Saya berasal dari Palembang, hidup dengan budaya Tionghua yang masih totok dan temperamental. Saya hidup dengan sangat easy-going, memandang segala-galanya sebagai hal yang sederhana, dan tidak terlalu banyak ambil pusing.



Sementara istri saya berasal dari Solo, hidup dengan budaya orang Jawa Tengah yang halus, tenang, dan sangat menghormati kesopanan. Dia adalah seorang perfeksionis yang memandang segala hal dengan sangat cermat dan punya perhitungan yg sangat jauh ke depan.



Kami memulai perkenalan sebagai "musuh" dan melewati hari2 dengan benturan2 yg terjadi beruntun setiap kami bertemu. Satu-satunya "link" yg menyatukan kami adalah pelayanan. Kami berdua sama2 giat melayani di gereja yg sama saat masih kuliah dulu. Dia melayani bagian hubungan masyarakat, dan saya melayani di bidang jurnalistik. Pelayanan inilah yang menyatukan kami dan memuluskan hubungan kami hingga bahtera pernikahan.



Ketika menikah tahun 2000 lalu, benturan2 yg kami alami saat belum menikah masih tetap ada bahkan semakin menghebat. Dua tahun pertama pertengkaran hampir menjadi santapan harian kami. Kalau mengikuti kata hati, memang perceraian adalah jalan satu-satunya agar kami bisa hidup "lebih damai". Tapi setiap kali ide itu terungkap, Tuhan mengetuk hati kami dan meminta kami untuk selalu berdoa. Dari doa itulah, semua masalah kami perlahan2 diselesaikan oleh Bapa. Kini sudah hampir 9 tahun kami mengarungi bahtera rumah tangga. Saat ini kami sedang menantikan anak kedua yg akan lahir akhir Januari 2009 nanti.



Tidak berarti setelah lewat 9 tahun pertengkaran tidak ada lagi. Masih ada, walau tidak sedasyat dulu. Kami berdua terus diingatkan Tuhan untuk selalu menjaga komitmen dan mempertahankan rumah tangga yg telah dilandasi oleh Kasih Setia Allah Bapa. Kami ingat SUMPAH kami pada Bapa di altar pernikahan. Dan itu yg kami pegang terus hingga hari ini.



Dari sini, saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa ketika ada konflik dalam rumah tangga, perceraian TIDAK PERNAH MENJADI SATU-SATUNYA JALAN untuk menyelesaikan masalah/ konflik. Perceraian hanya membuat MASALAH BARU yg membuat hidup Anda menjadi semakin runyam dan tidak ada kedamaian.



Ketika ada konflik yg cukup dasyat menghantam rumah tangga, ingatlah kata kuncinya dulu : SUMPAH ANDA PADA ALLAH BAPA DI HARI PERNIKAHAN. Ketika Anda ingat itu - dan memang takut pada Allah Bapa - maka kata "bercerai" sudah tidak berlaku lagi dalam kamus kehidupan Anda. Sebaliknya, Anda akan berusaha keras untuk mempertahankan keluarga Anda dan berusaha menjadi solusi terbaik bagi rumah Anda Kalau memang dibutuhkan korban, jadilah korban demi keutuhan rumah tangga Itulah bukti nyata cinta dan kasih sayang Anda. Kalo berkorban saja tidak berani, omong kosonglah semua ucapan "I love you" yg Anda ucapkan setiap hari pada istri dan anak2.



"Ketidakcocokan" bukanlah alasan Anda untuk bercerai. Jika Anda merasa Anda sudah tidak ada kecocokan dengan pasangan Anda dan merasa "wajar" untuk bercerai, tengoklah keluarga saya. Sejak awal kami sudah tidak cocok satu sama lain dalam berbagai hal (cara pandang, cara pikir, kultur-budaya, gaya hidup, dll), tapi masih bisa menikah dan memiliki keluarga yg diberkati Tuhan hingga hari ini. Jika kami yang tidak punya "kecocokan" satu dengan yg lain saja bisa, mengapa Anda tidak?








Tidak ada komentar: