Kamis, 06 November 2008

Hallowen: Pelangi....yang indah


O, Kristus, kalu saja mungkin,
Ingin kami melihat sesaat
Jiwa-jiwa yang kami cintai, agar mereka
Memberitahu kami
Di mana dan dalam ujud apakah mereka ada
(Alfred Lor Tennyson)


Sejak umur sebelas tahun, Rebecca suka sekali membuat gambar pelangi. Ia selalu membuat gambar pelangi pada kartu Hari Ibu, Kartu Valentin, dan pada gambar-gambar yang dibawanya pulang dari sekolah. “Kau gadis pelangiku,” kata ibunya selalu, sambil tertawa dan menempelkan gambar pelangi lagi di kulkas dengan magnet besar yang juga berbentuk pelangi.

Setiap jalur warna pelangi yang cerah mengingatkan Rebecca akan sesuatu yang istimewa dalam hidupnya. Merah, warna yang paling atas, mengingatkannya akan saus tomat merah yang manis, yang selalu dioleskan di makanan kesukaannya, kentang goreng, dan lain-lainnya yang terpikir olehnya. Merah adalah juga warna makanan kesukaan yang lain, yakni lobster, yang selalu dihadiahkan ibunya padanya setiap akhir tahun sekolah, kalau rapornya bagus. Warna jingga mengingatkannya akan labu dan liburan yang paling disukainya – Halloween. Pada hari Halloween ia bisa berpakaian sebagai tokoh apa saja yang diinginkannya. Warna kuning adalah warna rambutnya yang panjang, lurus dan tergerai indah di punggungnya, seperti rambut Rapunzel. Warna hijau berarti gelitikan rumput di bawah telapak tangannya saat ia ber-cartwheel dengan kaki terjulur ke atas. Biru adalah warna langit pagi yang dilihatnya dari atap kaca di atas tempat tidurnya. Biru juga merupakan warna matanya dan warna lautan yang tidak jauh dari rumahnya. Dan ungu – warna paling bawah pada setiap pelangi – adalah warna kesayangan ibunya. Warna yang selalu mengingatkan Rebecca akan rumah.

Pada akhir minggu terakhir di bulan Mei, Rebecca sudah tak sabar menantikan berbagai aktiviatas akhir tahun sekolah yang menunggunya. Beberapa hari lagi ia akan membawakan peran sebagai “si kuper” dalam drama sekolah, menjadi pusat perhatian dan membuat teman-temannya tertawa. Tak lama sesudahnya ia akan melakukan balet dalam pertunjukan dansa tahunannya. Ayahnya akan mejadi tuan rumah dalam acara piknik akhir minggu Memorial Day-nya yang terkenal. Satu-satunya yang tidak menyenangkan adalah ibu Rebecca akan pergi berlibur selama beberapa hari. Baru kali itulah ibu Rebecca akan pergi, sejak ia dan ayah Rebecca bercerai. Tidak seperti biasanya, Rebecca sangat sedih akan ditinggalkan ibunya. Ia menangis ketika mereka mengucapkan selamat tinggal. Mungkin ia sudah merasa akan terjadi sesuatu.

Pada akhir minggu Memorial Day itu, ketika pulang larut malam, Rebecca bersama ayahnya dan ibu tirinya tewas ditabrak seorang pengemudi mabuk yang mobilnya salah jalur di jalan raya. Yang selamat hanya Oliver, adik Rebecca yang berumur sembilan tahun, karena terlindung oleh tubuh kakaknya.

Upacara pemakaman Rebecca diadakan pada hari ketika ia seharusnya tampil dalam drama sekolah. Hari itu hari musim semi yang indah, cerah dan ceria seperti Rebecca sendiri. Ibu Rebecca memejamkan mata dan berdoa, “Rebecca, aku ingin yakin kau sudah pergi dalam damai. Berikan tanda padaku, Nak. Kirimkan pelangi untuk ibu.”

Selesai upacara pemakaman, teman-teman dan kerabat yang berduka berkumpul bersama ibu Rebecca di rumah kakek Rebecca. Sekonyong-konyong hujan mulai turun. Setelah beberapa saat, mendadak hujan itu berhenti. Lalu dari beranda depan rumah, seseorang berseru, “Hei, semuanya! Lihat! Lihat kemari!”

Semua orang lari keluar. Di sana, si seberang samudra, tampak sebuah pelangi. Pelangi raksasa dengan warna-warna sangat indah yang muncul secara ajaib dari tengah awan. Warna-warninya begitu cerah, jelas dan terang.

Sementara para bibi menangis dan para paman saling siku untuk bisa melihat lebih jelas, ibu Rebecca menengadah menatap pemandangan indah yang dilukiskan Gadis Pelanginya di langit dan berbisik, “Terima kasih.”

Tara m Nickerson
Fr Chicken Soup for The Kid’s Soul

Tidak ada komentar: