Selasa, 25 November 2008

Mother's LOVE



Berbahagialah "MEREKA" yg selalu Memberikan yg TERBAIK bagi "IBUNDA - TERCINTA"....!!!!


Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua,hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang , Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan :

"Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati"

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.Sudah
sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan

"Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung...dosa2 nya"

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.


Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukantiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik,akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak terdengar. Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur kedinding lonceng. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat keatas dan mengikat dirinya di lonceng, Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita.... Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

There is a story living in us that speaks of our place in the world. It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves.

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain adalah rahasia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan..
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikanTuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa,itu adalah musik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu utk beramal, itu adalah kunci utk menuju surga.

Gunakah waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali
SEBERAPA DALAM KAMU MENCINTAI IBUMU ????


Mother is the best super hero in the world.


Jumat, 21 November 2008

Teriak

Ini cerita tentang salah satu  kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan  Solomon, yang letaknya di Pasifik   Selatan. Nah, penduduk primitif yang  tinggal di sanapunya sebuah kebiasaan yang menarik  yakni meneriaki pohon. Untuk  apa ? Kebisaan  ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan  akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan  kapak.              

 

Inilah yang mereka lalukan, jadi  tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk yang  lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon  itu.                                                                                                             

 

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu  bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak  sekuat-kuatnya kepada pohon itu.

Mereka lakukan teriakan berjam-jam,  selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh  menakjubkan. Pohon yang diteriakiitu perlahan-lahan daunnya akan mulai  mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga akan mulai rontok danperlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah  ditumbangkan.                                                                                                              

 

Kalau kita perhatikan apa yang  dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa  belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa  teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti  pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan  rohnya.                                                                                                                              

 

Akibatnya, dalam waktu panjang,  makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari  dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini ? O, sangat  berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda  berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan  rohnya.                                                                              

 

Pernahkah Anda  berteriak pada anak Anda?

- Ayo  cepat!                                                                                                                                

- Dasar  lelet!                                                                                                                                

- Bego banget sih! Begitu aja nggak  bisa dikerjakan?                                                                                           

- Jangan main-main  disini!                                                                                                                     

- Berisik  !                                                                                                                                     

 

Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup  Anda karena Anda merasa sakit  hati?                                                                                                                  - Saya nyesal kawin dengan orang  seperti kamu, tahu nggak!                                                                                    

- Bodoh banget jadi bini nggak bisa  apa-apa !                                                                                               

- Aduuuuh, perempuan kampungan banget  sih!?                                                                                                  

- Dasar laki gak punya nyali, ngapain  lu jadi suami, nggak becus!    

 

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak  didiknya :               

- Stupid,                                                                                                                                        

- soal mudah begitu aja nggak bisa!.                                                                                                           

- Kapan kamu mulai akan jadi  pinter?                                                                                                           

 

Atau seorang  atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal:     

Eh tahu nggak? Karyawan kayak kamu  tuh kalo pergi aku kagak bakal   nyesel! 

- Sial! Kerja gini nggak becus?  Ngapain gue gaji elu?                

 

Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak  pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah  dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka  mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai  mematikan roh pada orang yang kita teriaki. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi  kita, perlahan-lahan pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.                                                                                                                                

Jadi, ketika masih  ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan  mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita  sehari-hari.                         

 

Teriakan, hanya  kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan ?                                                 

Nah, tahukah Anda  mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan  padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter.                                                            

                                                                          

Mudah  menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi  sebenarnya hati mereka begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling  berteriak!                                               

 

Selain itu, dengan berteriak, tanpa  sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang  dimarahi kerena  perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang  dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin  membalas.            

                                                                          

Jadi mulai sekarang ingatlah  selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap  tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan  teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh  orang lain ataupun roh hubungan Anda,  selalulah berteriak. Hanya ada 2  kemungkinan balasan yang Anda akan  terima. Anda akan semakin dijauhi.  Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai  balasannya.

 

Saatnya sekarang, kita coba ciptakan  kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan  kita.

                         

Mereka yang bekerja hanya dengan otak  tanpa menggunakan hati nurani mereka, maka ia akan mendapat teman-teman  kerja yang mati  hatinya.

 

JALANI dan ISILAH hidup ini dengan hal - hal yang BERMAKNA

 

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya  sendiri karena kebutaannya

itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia  juga membenci semua

orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya  untuk

menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika

dia bisa melihat dunia.

 

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan  sepasang mata kepadanya

sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk  kekasihnya. Kekasihnya

bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu  mau menikah

denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya  ternyata

buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

 

Kekasihnya pergi  dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk

surat singkat kepada  gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata

saya."

 

* * * *  *

 

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat  status

dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan

hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus

berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang

paling  menyakitkan.

 

Hidup ini adalah anugerah

 

Hari ini sebelum engkau  berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar -

Ingatlah akan seseorang yang tidak  bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu -  Ingatlah akan

seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau  mengeluh tentang suami atau isterimu - Ingatlah akan

seseorang yang menangis  kepada Tuhan meminta pasangan hidup.

 

Hari ini sebelum engkau mengeluh  tentang hidupmu - Ingatlah akan seseorang

yang begitu cepat pergi ke  surga.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu - Ingatlah akan seseorang  yang

begitu mengaharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak  mendapatnya.

Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak  ada yang

membersihkan atau menyapu lantai - Ingatlah akan orang gelandangan yang

tinggal di jalanan.

 

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh -  Ingatlah akan

sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang  sama.

 

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu - Ingatlah  akan

para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan  pekerjaanmu.

 

Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain -  Ingatlah bahwa tidak

ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap  pengadilan

Tuhan.

 

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu -  Pasanglah senyuman

di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau  masih hidup dan

ada di dunia ini.

 

Maka jalani dan isilah hidup ini  dengan hal - hal yang bermakna

 

Efek KATA-KATA NEGATIF dan KATA-KATA POSITIF

 

Salam, Sebaiknya  kita semua mulai mengendalikan Kata-kata yang keluar dari

mulut kita dengan  Kata-Kata yang Positif dan Baik.

 

Setelah mendengarkan info tentang pengaruh Kata-Kata  Negatif terhadap Air

yang ditulis dalam buku “  The Hidden Messages in  Water“ karya Masaru

Emoto dan pada halaman  31 buku tersebut disebutkan tentang banyaknya orang

yg melakukan percobaan,  sayapun tertarik untuk melakukannya sbb:

 

   Tempatkan Nasi sisa yg sdh didiamkan semalaman  kedalam 2 toples dgn

   jumlah yg sama, kemudian ditutup  rapat.

   Masing-masing toples di tempelin label yg berisi  kata2 sbb:

   Toples A : “ Kamu Pintar, Cerdas, Cantik, Baik,  Rajin, Sabar, Aku

   Sayang Padamu, Aku Senang Sekali Melihatmu, Aku Ingin  Selalu di

   dekatmu, I LOVE YOU, Terima Kasih.

   Toples B : “ Kamu Bodoh, Goblok, Jelek, Jahat,  Malas, Pemarah, Aku

   Benci Melihatmu, Aku Sebel Tidak mau dekat dekat kamu  “

   Botol 2 ini saya letakkan terpisah dan pada tempat  yg sering dilihat,

   saya pesan pada istri, anak, dan pembantu untuk membaca  label pada

   botol tersebut setiap kali melihat botol2  tersebut.

   Dan inilah yang terjadi pada nasi tersebut setelah  1 minggu kemudian :

 

Nasi dalam botol yg di bacakan kata-kata Negatif  ternyata cepat sekali

berubah menjadi busuk dan berwarna hitam dgn bau yg  tidak sedap.

 

Sedangkan Nasi dalam botol yg di bacakan kata-kata  Positif masih berwarna

putih kekuningan dan baunya harum seperti  ragi.

 

Nah Silahkan teman-teman mencobanya  sendiri.

 

Kalau di buku di katakan ada yg mencoba dgn tiga  botol dimana botol ketiga

tidak di beri label apa2 alias diabaikan / tidak  diperdulikan, dan ternyat

beras dlm botol yg diabaikan membusuk jauh lebih  cepat dibandingkan botol

yg dipapar kata “ Kamu  Bodoh”.

 

Bayangkan apa yang akan terjadi dengan anak-anak  kita, pasangan hidup

kita, rekan-rekan kerja kita, dan orang-orang  disekeliling kita, bahkan

binatang dan tumbuhan disekeliling kita pun akan  merasakan efek yang

ditimbulkan dari getaran-getaran yg berasal dari  pikiran, dan ucapan yang

kita lontarkan setiap saat kepada  mereka.

 

Maka sebaiknya selalulah sadar dan bijaksana dalam  memillih kata-kata yg

akan keluar dari mulut kita, demikian juga  kendalikanlah pikiran-pikiran

yg timbul dalam batin  kita.

 

 

Kaya Karena Sederhana - Oprah Winfrey

                                                                        

                                                                          

If we look at what we have in life,  we'll always have more.

If we look at what we don't have in life,  we'll never have enough.

                                                                           

                                                                            

   Oprah Winfrey                                                           

                                                                           

    Menjadi orang kaya, itulah cita-cita banyak sekali orang. Hal yang sama

    juga pernah melanda saya. Dulu, ketika masih duduk di bangku SMU,      

    kemudian menyaksikan ada rumah indah dan besar, dan di depannya duduk  

    sepasang orang tua lagi menikmati keindahan rumahnya, sering saya      

    bertanya ke diri sendiri : akankah saya bisa sampai di sana? Sekian    

    tahun setelah semua ini berlalu, setelah berkenalan dengan beberapa    

    orang pengusaha yang kekayaan perusahaannya bernilai triliunan rupiah, 

    duduk di kursi tertinggi perusahaan, atau menjadi penasehat tidak       

    sedikit orang kaya, wajah-wajah hidup yang kaya sudah tidak semenarik  

    dan seseksi bayangan dulu.                                             

                                                                           

    Penyelaman saya secara lebih mendalam bahkan menghasilkan sejumlah     

    ketakutan untuk menjadi kaya.                                          

                                                                           

                                                                            

    Adaorang kaya yang memiliki putera-puteri yang bermata kosong melompong

    sebagai tanda hidup yang kering. Adapengusaha yang menatap semua orang 

    baru dengan tatapan curiga karena sering ditipu orang, untuk kemudian  

    sedikit-sedikit marah dan memaki. Adasahabat yang berganti mobil       

    termewah dalam ukuran bulanan, namun harus meminum pil tidur kalau     

    ingin  tidur nyenyak. Adayang memiliki anak tanpa Ibu karena bercerai,  

    dan masih banyak lagi wajah-wajah kekayaan yang membuat saya jadi takut

    pada kekayaan materi.                                                  

                                                                           

                                                                            

    Dalam tataran pencaharian seperti ini, tiba-tiba saja saya membaca     

    karya Shakti Gawaindalam jurnal Personal Excellence edisi September    

    2001yang menulis : 'If we have too many things we don't truly need or  

    want, our live become overly complicated' . Siapa saja yang memiliki   

    terlalu banyak hal yang tidak betul-betul dibutuhkan, kehidupannya akan

    berwajah sangat rumit dan kompleks.                                     

                                                                           

                                                                           

    Rupanya saya tidak sendiri dalam hal ketakutan bertemu hidup yang amat 

    rumit karena memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul        

    diperlukan. Shakti Gawainjuga serupa. Lebih dari sekadar takut, di     

    tingkatan materi yang amat berlebihan, ketakutan, kecemasan, dan bahkan

    keterikatan berlebihan mulai muncul.                                    

                                                                           

                                                                           

    Masih segar dalam ingatan, bagaimana tidur saya amat terganggu di hari 

    pertama ketika baru bisa membeli mobil. Sebentar-sebentar bangun sambil

    melihat garasi.                                                        

                                                                            

    Demikian juga ketika baru duduk di kursi orang nomer satu di           

    perusahaan. Keterikatan agar duduk di sanaselamanya membuat saya hampir

    jadi paranoid. Setiap orang datang dipandang oleh mata secara          

    mencurigakan.                                                          

                                                                           

                                                                            

    Benang merahnya, kekayaan materi memang menghadirkan kegembiraan       

    (kendati hanya sesaat), namun sulit diingkari kalau ia juga            

    menghadirkan keterikatan, ketakutan dan kekhawatiran. Kemerdekaan,     

    kebebasan, keheningan semuanya diperkosa habis oleh kekayaan materi.   

                                                                           

                                                                           

    Disamping merampok kebebasan dan keheningan, kekayaan materi juga      

    menghasilkan harapan-harapan baru yang bergerak maju. Lebih tinggi,    

    lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Demikianlah kekayaan dengan amat   

    rajin mendorong manusia untuk memproduksi harapan yang lebih tinggi.    

                                                                           

                                                                           

    Tidak ada yang salah dengan memiliki harapan yang lebih tinggi, sejauh 

    seseorang bisa menyeimbangkannya dengan rasa syukur. Apa lagi kalau    

    harapan bisa mendorong orang bekerja amat keras, plus keikhlasan untuk 

    bersyukur pada sang hidup. Celakanya, dalam banyak hal terjadi, harapan

    ini terbang dan berlari liar. Dan kemudian membuat kehidupan berlari   

    seperti kucing yang mengejar ekornya sendiri.                          

                                                                           

                                                                           

    Berefleksi dan bercermin dari sinilah, saya sudah teramat lama         

    meninggalkan kehidupan yang demikian ngotot mengejar kekayaan materi.  

                                                                            

                                                                           

    Demikian tidak ngototnya, sampai-sampai ada rekan yang menyebut saya   

    bodoh, tidak mengerti bisnis, malah ada yang menyebut teramat lugu.    

    Untungnya, badan kehidupan saya sudah demikian licin oleh              

    sebutan-sebutan.                                                       

                                                                            

                                                                           

    Sehingga setiap sebutan, lewat saja tanpa memberikan bekas yang        

    berarti.                                                               

                                                                            

                                                                           

    Adasahabat yang bertanya, bagaimana saya bisa sampai di sana? Entah    

    benar entah tidak, dalam banyak keadaan terbukti kalau saya bisa berada

    di waktu yang tepat, tempat yang tepat, dengan kemampuan yang tepat.   

                                                                           

                                                                            

    Ketika ada perusahaan yang membutuhkan seseorang sebagai pemimpin yang 

    cinta kedamaian, saya ada di sana. Tatkala banyak perusahaan kehilangan

    orientasi untuk kemudian mencari bahasa-bahasa hati, pada saat yang    

    sama saya suka sekali berbicara dan menulis dengan bahasa-bahasa hati. 

    Dikala sejumlah kalangan di pemerintahan mencari-cari orang muda yang  

    siap untuk diajak bekerja dengan kejujuran, mereka mengenal dan        

    mengingat nama saya. Sebagai akibatnya, terbanglah kehidupan saya      

    dengan tenang dan ringan. Herannya, bisa sampai di situ dengan energi  

    kengototan yang di bawah rata-rata kebanyakan orang. Mungkin tepat apa 

    yang pernah ditulis Rabin Dranath Tagore dalam The Heart of God : 'let 

    this be my last word, that I trust in Your Love'. Keyakinan dan        

    keikhlasan di depan                                                    

                                                                            

                                                                           

    Tuhan, mungkin itu yang menjadi kendaraan kehidupan yang paling banyak 

    membantu hidup saya.                                                    

                                                                           

                                                                           

    Karena keyakinan seperti inilah, maka dalam setiap doa saya senantiasa  

    memohon agar seluruh permohonan saya dalam doa diganti dengan          

    keikhlasan, keikhlasan dan hanya keikhlasan. Tidak hanya dalam doa,    

    dalam keseharian hidup juga demikian. Adayang mau menggeser dan        

    memberhentikan, saya tidak melawan. Adayang mengancam dengan kata-kata 

    kasar, saya imbangi secukupnya saja. Adasahabat yang menyebut kehidupan

    demikian sebagai kehidupan yang terlalu sederhana dan jauh dari        

    kerumitan. Namun saya meyakini, dengan cara demikian kita bisa kaya    

    dengan jalan sederhana.                                                

                                                                           

    Orang yang berjiwa besar bukanlah orang yang tidak pernah melakukan     

    kesalahan, tetapi orang yang lebih besar daripada kesalahan yang       

    diperbuatnya.